Keberhasilan tim bulu putra Indonesia saat itu diraih di tengah kondisi politik Tanah Air sedang memanas atau kerap dikenal dengan kerusuhan Mei 1998.
Hal tersebut tentu menjadi mimpi buruk bagi seluruh rakyat Indonesia yang mana kerusuhan sampai menyebar ke daerah-daerah.
Puncaknya, Presiden Soeharto dipaksa mundur dari posisinya dan digantikan oleh BJ Habibie selaku sang Wakil Presiden.
Momen tersebut rupanya selalu teringat dalam benak mantan pebulu tangkis nasional Sigit Budiarto.
Sigit yang saat kebetulan menjadi salah satu penggawa tim nasional, mengaku Thomas Cup 1998 menjadi salah satu momen berkesan dalam kariernya.
"Semua Kejuaraan Piala Thomas yang saya ikuti memiliki kesan tersendiri. Masing-masing punya kesan karena lika-likunya yang berbeda," kata Sigit.
"Tapi yang paling berkesan menurut saya waktu tahun 98. Tahun 98 di Indonesia ada kerusuhan.
"Ada tekanan yang begitu besar dari dalam dan luar lapangan,” tandasnya, seperti dikutip SportFeat dari laman PB Djarum.