SportFEAT.COM - Eks ganda putra nasional Sigit Budiarto mengenang momen pahit di balik kesuksesan Indonesia pada Thomas Cup 1998.
Turnamen bulu tangkis beregu putra terbesar di dunia Thomas Cup 2020 tak lama lagi akan segera bergulir.
Thomas Cup 2020 menurut rencana bakal berlangsung 9-17 Oktober mendatang di Aarhus, Denmark.
Jelang bergulirnya Thomas Cup 2020, redaksi SportFeat mencoba menyajikan fakta menarik terkait penyelenggaran turnamen tersebut.
Baca Juga: Motif Tunggal Putra Peraih Emas Olimpiade Tokyo 2020 Pindah dan Menetap ke Dubai
Salah satu yang menjadi sorotan adalah kemenangan tim bulu tangkis Indonesia pada Thomas Cup 1998.
Di partai puncak, Hendrawan dan kolega berhasil mengalahkan sang rival abadi Malaysia 3-2.
Keberhasilan tim bulu putra Indonesia saat itu diraih di tengah kondisi politik Tanah Air sedang memanas atau kerap dikenal dengan kerusuhan Mei 1998.
Hal tersebut tentu menjadi mimpi buruk bagi seluruh rakyat Indonesia yang mana kerusuhan sampai menyebar ke daerah-daerah.
Puncaknya, Presiden Soeharto dipaksa mundur dari posisinya dan digantikan oleh BJ Habibie selaku sang Wakil Presiden.
Momen tersebut rupanya selalu teringat dalam benak mantan pebulu tangkis nasional Sigit Budiarto.
Sigit yang saat kebetulan menjadi salah satu penggawa tim nasional, mengaku Thomas Cup 1998 menjadi salah satu momen berkesan dalam kariernya.
"Semua Kejuaraan Piala Thomas yang saya ikuti memiliki kesan tersendiri. Masing-masing punya kesan karena lika-likunya yang berbeda," kata Sigit.
"Tapi yang paling berkesan menurut saya waktu tahun 98. Tahun 98 di Indonesia ada kerusuhan.
"Ada tekanan yang begitu besar dari dalam dan luar lapangan,” tandasnya, seperti dikutip SportFeat dari laman PB Djarum.
Sigit Budiarto yang saat itu berpasangan dengan Candra Wijaya tampil sebagai penentu kemenangan Indonesia.
Mantan pasangan terbaik Tanah Air itu berhasil menumbangkan Lee Wan Wah/Choong Tan Fook.
“Kita diharapkan bisa membela merah putih di sana. Satu momen yang luar biasa. Yang pasti inginnya bagaimana bendera merah putih berkibar," kenang Sigit.
"Di saat ada yang tidak baik di Indonesia, kita bisa mempertahankan Piala Thomas dan mempersembahkan untuk Indonesia,” tambahnya.
Selain momen kerusuhan, ada hal lain yang membuat Sigit Budiarto terkesan dengan edisi Thomas Cup 1998.
Saat itu, pria kelahiran Yogyakarta tersebut menjadi pemain termuda di skuad bulu tangkis putra Indonesia.
“Pada saat team event mereka, para senior saya, sangat membantu untuk memberikan masukan yang positif," ungkap Sigit.
"Banyak dibantu sama yang senior supaya lebih kuat menghadapi lawan,” tutup Sigit Budiarto.