Find Us On Social Media :

Pembalap Legendaris Suzuki Semprot Mantan Timnya Sendiri Gara-gara Hal Ini

Legenda MotoGP Kevin Schwantz.

SportFEAT.COM - Pembalap legendaris Suzuki Kevin Schwantz, mengkritik mantan timnya karena sumber daya yang kurang memadai.

Tim balap Suzuki sempat membuat kejutan pada musim balap dua musim lalu tepatnya di edisi MotoGP 2020.

Pabrikan Jepang itu sukses menggemparkan jagat dunia balap motor paling prestise tersebut dengan keluar sebagai juara dunia.

Adalah sang pembalap andalan Joan Mir yang mampu mengejutkan dengan naik podium tertinggi di akhir musim.

 Baca Juga: MotoGP 2022 -  Rekan Setim Rookie Ganas Ducati Bisa Jadi Juara Dunia Jika Perbaiki 2 Hal Ini

Performa konsisten yang ditunjukkan rider Spanyol itu membuat Suzuki berhasil meraih gelar perdana di ajang MotoGP.

Di musim tersebut, Joan Mir sukses mengalahkan pembalap-pembalap top, seperti Franco Morbidelli, Andrea Dovizioso hingga Fabio Quartararo.

Akan tetapi, performa apik sepanjang MotoGP 2020 gagal terulang di musim selanjutnya.

Duo pembalap Suzuki yakni Joan Mir dan Alex Rins tak mampu berbicara banyak.

Keduanya tak sekali pun mempersembahkan kemenangan bagi pabrikan Hamamatsu tersebut.

Walhasil, gelar juara dunia yang sebelumnya dipegang Joan Mir harus lepas ke tangan Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha).

Kondisi minor yang dialami Suzuki sepanjang musim lalu ternyata menyita perhatian berbagai pihak.

Baca Juga: Rookie Ganas MotoGP 2021 Bongkar Keistimewaan Ducati Ketimbang Pabrikan Lain

Salah satunya datang dari sang pembalap legendaris Kevin Schwantz.

Mantan juara dunia kelas 500cc itu menilai sumber daya Suzuki tak sebesar pabrikan lain.

"Level di MotoGP sangat tinggi. Begitu satu pabrik memimpin, seperti yang terjadi tahun lalu dengan Suzuki, pabrik lain menggandakan upaya mereka untuk mengejar ketinggalan," kata Scwantz.

"Sumber daya Suzuki lebih terbatas daripada pabrik lain," lanjutnya dalam majalah GP Racing, dikutip SportFeat dari Motorcyclesports.net.

Pria berkebangsaan Amerika Serikat itu juga mengkritik sedikitnya sumber daya manusia (SDM) yang bekerja untuk pengembangan motor GSX-RR.

Ia melanjutkan, jika orang yang bekerja dalam departemen motor semakin banyak, waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan motor semakin cepat.

"Tahun ini, kami melihat berapa biaya yang dikeluarkan Jepang untuk memasok pengatur ketinggian belakang," ungkap Scwantz lagi.

Baca Juga: KTM Akhirnya Jujur Ungkap Alasan Mendepak Iker Lecuona meski Baru 2 Tahun di MotoGP

"Ketika Anda memiliki lebih sedikit orang di departemen balap, dibutuhkan lebih banyak waktu untuk bereaksi dan menemukan solusi untuk ditingkatkan. Ini penting.

"Di Suzuki, mereka selalu mengelola perusahaan tanpa percaya diri," lanjut Kevin Schwantz lagi.

"Saya pikir jika ada orang lain yang bertanggung jawab untuk perusahaan ini, ketika datang ke sisi balap, itu akan terlihat dengan cara yang lebih ambisius," pungkas dia.