“Penampilan Gregoria untuk gim pertama cukup baik dan yakin, itu bisa dilihat dari startnya yang berani menyerang,” ungkap Rionny dilansir Sportfeat dari laman PBSI.
“Setelah terjadi reli panjang dan buat kesalahan, kepercayaan diri dia mulai hilang.”
“Lalu An Se-Young mulai ajak untuk mengikuti pola permainnanya, jadi Gregoria mainnya ragu-ragu, merasa strategi dan permainan dia tidak jalan dan tidak siap capek, itu membuat mainnya tidak bisa all out.”
Dengan gugurnya Gregoria kembali memutuskan harapan Indonesia melihat tunggal putrinya meraih gelar juara seteah terakhir kali dilakukan Susi Susanti pada tahun 1994.
Rionny menambahkan jika Gregoria harus meningkatkan daya juangnya untuk mengikuti kejuaraan selanjutnya.
“Untuk melawan pemain dunia yang peringkatnya di atas 10 besar harus mengerahkan seluruh kemampuan dan mempunyai motivasi dan daya juang tinggi.”
“Dia masih terlihat kurang berani dan kalah pada diri sendiri,” pungkas Rionny.