Quartararo sempat mengancam akan pergi ke tim lain yang memiliki motor dengan performa top speed yang di atas rata-rata.
Bahkan ia mengaku sempat geram dengan Yamaha yang tak kunjung merealisasikan performa kendaraan yang ia inginkan.
"Saya tidak fokus secara mental, karena saya melihat Yamaha tidak berevolusi," buka Quartararo dikutip Sportfeat dari Paddock-GP.
"Kemarahan mengambil kepalaku dan menghalangiku. Saya merasa terjebak, karena motornya tidak naik satu kilometer per jam dalam 18 bulan.”
Sayangnya kemarahan itu malah mengganggunya di awal-awal musim MotoGP 2022.
El Diablo, julukan sang pembalap kesulitan menembus rombongan pembalap depan karena kurangnya performa top speed Yamaha.
Seusai balapan, tak heran jika Quartararo terus mengungkapkan kekecewaanya soal kurang mumpuninya pekerjaan yang dilakukan tim berlogo garpu tala itu.
Baca Juga: Resmi Gantung Raket, Greysia Polii Buka Suara Soal Teka-teki Karier Selanjutnya di BWF
Permintaan pembalap berusia 23 tahun itu sebenarnya cukup masuk akal.
Quartararo tidak berharap Yamaha mampu memiliki kualitas top speed seperti yang dimiliki Desmosedici milik Ducati saat berada di lintasan lurus.
Tapi setidaknya ia berharap ada beberapa kemajuan yang bisa dilakukan timnya.
Kendati mengalami performa yang jauh dari harapannya, Quartararo beruntung mampu bangkit dengan cepat.
Baca Juga: Sampai Bilang 'Gila', Pasangan Terbaik Denmark Heran dengan Stok Ganda Putra Indonesia yang Melimpah
Baginya, jika hanya berfokus pada bagian kekurangan motor saja, ia tak akan mampu bersaing dengan pembalap lainnya.
"Setelah Austin, saya menerima situasinya dan mencoba mengeluarkan yang terbaik dari motor yang saya miliki," lanjut Quartararo lagi.
"Di Portimao saya menang dan saya berkata pada diri sendiri bahwa saya harus berhenti berbicara tentang kecepatan tertinggi, tetapi berkonsentrasi pada apa yang harus saya lakukan.”
"Tidak masuk akal untuk marah pada sesuatu yang tidak dapat Anda ubah. Kemarahan tidak membantu untuk mendapatkan hasil yang baik,” pungkasnya.