Namun dari sinilah insiden tak mengenakkan dimulai.
Servis flick Ahsan dianggap keluar, padahal tidak ada hakim garis servis di lapangan 2. meminta challenge pun juga tidak bisa karena tidak ada hawk-eye di lapangan itu.
Tak berhenti sampai di situ, ketika Hendra membiarkan bola yang dipukul pasangan China melebar keluar di belakang garis lapangan, pasangan China memprovokasi wasit dan menganggap shuttlecock menyentuh Hendra.
Hendra protes bahwa ia menghindar dan arah shuttlecock pun tak berubah.
Namun wasit kadung terlanjur memutuskan bahwa itu menjadi angka untuk pasangan China. Ahsan/Hendra menjadi tertinggal 9-11.
Insiden ini sampai membuat The Daddies kesal dan menghampiri wasit serta meminta Referee turnamen (berbaju merah) untuk datang.
Pelatih Aryono Miranat pun juga ikut protes. Karena keputusan wasit cukup banyak membuat Ahsan/Hendra merugi.
Setelah interval, Ahsan/Hendra mengerahkan semua upaya mereka. Kekecewaan sebelum interval tidak membuat mereka patah arang.
Juara Dunia tiga kali itu justru tampil lebih ganas hingga sukses meredam perlawanan pasangan China dan merebut gim kedua dengan kemenangan 21-15.
Pada gim ketiga, Ahsan/Hendra semakin menggila. Mereka langsung menggempur pasangan China dengan serangan bertubi tanpa ampun hingga unggul 11-8.
Setelah interval, pasangan China mulai kelelahan. Defence Ahsan/Hendra yang sangat sulit ditembus membuat mereka lebih banyak melakukan serangan dropshot dan mulai jarang smes keras.
Strategi itu gagal dan justru banyak menguntungkan Ahsan/Hendra hinggga The Daddies unggul 13-8.
Ren Xiang Yu tampak sedikit protes saat pukulan pasangan China dianggap keluar. Namun itu tidak membuat banyak perbedaan. Ahsan/Hendra semakin nyaman hingga unggul jauh 16-10.
Keunggulan yang jauh tidak disia-siakan. Berkaca dari gim pertama, kali ini Ahsan/Hendra tidak hilang fokus dan terus memegang kendali permainan sampai poin krusial dan akhirnya menang mudah 21-14.