Find Us On Social Media :

Analisis Nyelekit Manajer RNF Yamaha Soal Penyebab Mundurnya Performa Andrea Dovizioso dan Murid Valentino Rossi

(ki-ka): Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli (Monster Energy Yamaha) serta Andrea Dovizioso (RNF Yamaha). Perbedaan besar gaya balap ketiganya diungkap Wilco Zeelenberg

Wilco Zeelenberg selaku Manajer RNF Yamaha pun akhirnya angkat bicara dan mau mengungkap sedikit analisisnya terkait performa kedua pembalap itu.

Ia sedikit menyayangkan sikap Dovizioso dan Morbidelli yang kurang siap menghadapi perubahan baru di MotoGP era sekarang.

Khususnya Dovizioso, rider kawakan berusia 36 tahun itu masih sangat kesulitan dengan perubahan kompon ban Michelin sejak 2020.

Parahnya, Morbidelli yang meskipun merupakan rider muda, juga memiliki karakter sama dengan Dovizioso.

Baca Juga: Hasil Undian Japan Open 2022 - Apriyani/Fadia Jadi Unggulan, Drawing Jahanam Menanti Tunggal Putra dan Ganda Putra Indonesia

Yakni soal gaya balapan yang terlalu kuno.

"Tahun 2020, Michelin mengubah karkas ban belakang dan cengkeraman pada kemiringan berbeda dari sebelumnya, seharusnya pembalap tidak boleh terlalu bersandar," kata Wilco Zeelenberg dikutip Sportfeat dari Paddock GP.

"Karena kemiringan maksimum dapat meningkatkan suhu ban secara signifikan."

"Sayangnya Franco, mirip seperti Dovizioso (gaya balapnya terlalu kuno, red), banyak bersandar dan bukannya lebih melekat pada motor seperti pembalap lainnya." 

"Saya rasa mereka berdua menderita ya gara-gara itu, tapi selain itu mungkin ada masalah lain yang masih misterius," tukas Zeelenberg.

Wilco Zeelenberg lantas membandingkan dengan apa yang dilakukan Fabio Quartararo.

Sama-sama menggunakan M1 namun Fabio Quartararo mampu meraih hasil yang sangat kontras dengan Dovizioso maupun Morbidelli yang notabene juga rekan setimnya di Monster Energy Yamaha.

Baca Juga: Egoisnya Bos Ducati, Tegaskan Tak Boleh Ada yang Ganggu Francesco Bagnaia, Rider Ducati Lain Tak Boleh Juara?

"Fabio memiliki kecepatan menikung yang lebih tinggi dan berhasil tidak membuat ban terlalu panas, tetapi dia membalap dengan sudut kemiringan yang lebih kecil," demikian analisis Wilco Zeelenberg.

"Sedangkan kedua pembalap Italia itu (Dovizioso dan Morbidelli) membalap dengan cara kuno, mereka mengerem keras dan memasuki tikungan dengan rem tangan, sementara Fabio mengerem dengan rem motor kanan, melepaskan rem dan kemudian berbelok, dan di semua tikungan, rata-rata satu atau dua kilometer per jam lebih cepat."

"Saya pikir ini masalah bakat dan juga postur tubuh: Fabio tinggi dan menangani motor lebih baik, Fabio berhasil mempertahankan traksi di ban belakang setiap saat," jelas Wilco Zeelenberg.