Find Us On Social Media :

Mengenal Teknologi Pendeteksi Kecelakaan di MotoGP yang Super Canggih

Pembalap Gresini Racing, Enea Bastianini mengakhiri musim MotoGP 2022 dengan menempati posisi ketiga di klasemen akhir MotoGP 2022.

Perubahan aturan teknis Moto3 pada bulan Maret tahun ini kemudian mengungkapkan bahwa standar IMU (Unit Pengukuran Inersia, terdiri dari giroskop dan akselerometer) sedang dimodifikasi untuk memfasilitasi diperkenalkannya teknologi ini.

Teknologi tersebut akan bereaksi ketika seorang pembalap berada di dekat lokasi kecelakaan seperti dikutip dari Crash.net.

Checchinelli yang sebelumnya menjadi petinggi di Ducati Corse akhirnya menyempurnakan teknologi ini ketika menjabat sebagai Direktur Teknologi MotoGP.

Sistem peringatan otomatis membutuhkan pendeteksian, sesegera mungkin, bahwa ketika pengendara jatuh, kemudian sinyal akan ditransmisikan kepada para pengendara.

Baca Juga: Cuma Butuh 5 Lap, Fabio Quartararo Akan Tahu Nasib Motor Yamaha di MotoGP 2023

Untuk mendeteksi kecelakaan, sinyal akan dikirim melalui virtual drop switch menggunakan data dari IMU untuk membaca keadaan pengendaran yang jatuh.

“Prinsip dasarnya, teknologi ini bisa mendeteksi crash. Secara sistem, maksud saya perangkat keras dan perangkat lunak, yang kemudian mengirimkan sinyal ke Race Direction,” kata Cecchinelli.

“Perangkat kerasnya, saat ini, adalah virtual drop switch yang kami bangun dari sinyal IMU. Kami tidak memiliki virtual drop switch fisik, tetapi kami menggunakan sinyal dari IMU untuk membuat versi virtualnya,” lanjutnya.

Bakal Menyelamatkan Nyawa Pengendara

Metode awal untuk memperingatkan pengendara bahwa ada pengendara lain yang jatuh adalah lampu hujan belakang yang berkedip, yang dipicu tidak hanya pada motor yang jatuh, namun semua motor di zona berbahaya di sekitar kecelakaan.

Hal ini diperlukan karena jika hanya motor yang jatuh yang diterangi, pembalap lain akan khususnya yang tepat di belakang pengendara yang jatuh ini akan mengerem dengan keras atau melakukan tindakan mengelak, masih ada risiko insiden sekunder yang terjadi nantinya.

“Sebagai langkah awal, saat memasuki zona bahaya, kita akan menyalakan lampu hujan belakang, dalam mode kedip. Ini harus aktif tahun depan.” Ucap Cecchinelli.

“Tentu saja ada banyak ketidakpastian mengenai apakah lampu belakang cukup terlihat. Kami pikir itu akan terjadi dan bagaimanapun juga sangat penting untuk menguji semua sistem.” Lanjutnya.

“Tapi lampu hujan belakang bukanlah tujuan akhir kami. Ini jauh lebih baik daripada tidak sama sekali, tetapi ini kurang lebih merupakan pengujian keseluruhan sistem dari teknologi canggih ini,” ungkapnya.

Harapan dari Cecchinelli dengan hadirnya teknologi ini adalah agar pengendara bisa lebih aman saat balapan dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada akhirnya.