SportFEAT.com – Dalam olahraga tinju, biasanya atlet yang bertarung kerap menggunakan sebuah sarung tangan tinju.
Banyak yang menerka-nerka kegunaan dari sarung tinju ini dan beberapa orang mengatakan jika sarung tinju digunakan sebagai alat keamanan para petarung.
Sebagai salah satu peralatan yang tidak boleh ketinggalan, tentunya akan cukup menarik untuk membahas soal sarung tangan tinju.
Sarung tinju adalah sarung tangan empuk yang dikenakan petarung di tangan mereka selama pertandingan dan latihan tinju.
Tidak seperti senjata tinju yang dirancang sebagai senjata mematikan, sarung tinju modern tidak mematikan, dirancang untuk melindungi kepala lawan dan tangan petarung selama pertarungan.
Baca Juga: Inilah Pemilik Smash Tercepat dalam Sejarah Bulu Tangkis Dunia
Untuk lebih jelasnya, SportFEAT.com ingin membahas fakta-fakta menarik soal sarung tangan tinju yang wajib sekali kamu ketahui. Penasaran? Ini ulasan lengkapnya.
Ada 2000 Sebelum Masehi
Penggambaran tinju di Timur Tengah dan Mesir kuno sekitar tahun 2000 SM menunjukkan kontes di mana para petarung memiliki pita yang menopang pergelangan tangan.
Penggambaran awal sarung tangan dalam tinju berasal dari Kreta Minoan sekitar tahun 1500 SM.
Penggunaan pelindung tangan dalam pertandingan tarung yang dilakukan untuk olahraga sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno.
Namun, sarung tangan itu sangat berbeda dengan tinju modern, seperti halnya olahraga itu sendiri.
Baca Juga: Awal Mula Olahraga Bulu Tangkis Sampai Akhirnya Mendunia
Di Yunani Kuno, merupakan praktik umum untuk mengikat potongan kulit di sekitar tangan untuk perlindungan.
Pada zaman Romawi, ini berkembang menjadi cestus gladiator, dengan logam ditambahkan ke sarung tangan untuk menimbulkan kerusakan yang lebih besar.
Contoh sarung tinju tertua yang bertahan berasal dari sekitar tahun 120 M, berbentuk dua pita kulit yang tidak serasi yang ditemukan dari penggalian di benteng Romawi di Vindolanda.
Kebrutalan olahraga tersebut menyebabkan tinju dilarang pada tahun 393 M.
Awalnya Hanya Digunakan untuk Latihan Saja
Tinju mengalami kebangkitan di Inggris sekitar abad ke-17.
Banyak pertarungan dilakukan dengan buku-buku jari telanjang dan tanpa aturan standar sampai Jack Broughton memperkenalkan aturan tinju yang dikenal sebagai Hukum Broughton pada abad ke-18, di mana sarung tangan hanya digunakan untuk tujuan latihan.
Namun, banyak petinju masih memilih untuk bertarung dengan buku-buku jari telanjang sampai tahun 1867 meski sarung tangan diamanatkan oleh Aturan Marquess of Queensberry.
Sarung tinju modern mulai muncul menjelang akhir tahun 1890-an di mana akhirnya di situ sarung tangan yang bagus dan tahan lama tercipta.
Sarung tinju modern termasuk telapak jaring, velcro, jahitan berbahan kulit, bantalan suspensi, dan bantalan baru untuk petinju.
Kontroversi Modifikasi Sarung Tangan Tinju
Pada tanggal 16 Juni 1983 di Madison Square Garden, New York City, Luis Resto secara tak terduga mengalahkan Billy Collins yang sebelumnya tak terkalahkan.
Investigasi menemukan sarung tangan Resto telah dimodifikasi secara ilegal, dengan bantalan dilepas oleh pelatihnya, Panama Lewis.
Baca Juga: Berapa Kalori yang Dihabiskan Usai Main Bulu Tangkis? Ini Jawabannya
Seperti yang diringkas oleh jurnalis olahraga Oliver Irish, "Lewis menjalani dua tahun dari hukuman penjara enam tahun karena penyerangan, konspirasi, merusak kontes olahraga dan dianggap punya senjata mematikan.
Digunakan Demi Keamanan
Dampak sarung tangan pada cedera akibat perkelahian merupakan isu kontroversial.
Memukul ke kepala kurang umum di era tangan kosong karena berisiko melukai tangan petinju.
Sarung tangan mengurangi jumlah luka yang disebabkan, tetapi sebuah laporan dari British Medical Association menyimpulkan bahwa sarung tangan tidak mengurangi cedera otak dan bahkan dapat meningkatkannya.
Pasalnya, penyebab utama cedera adalah akselerasi dan deselerasi kepala, dan petarung yang memakai sarung tangan dapat melakukannya.
untuk memukul lebih keras ke kepala. Sarung tangan dapat mengurangi jumlah cedera mata, terutama jika tanpa ibu jari, tetapi robekan retina masih terjadi pada petinju yang memakai sarung tangan modern.
Namun untuk faktor lebih aman, akhirnya sarung tinju tetap digunakan demi melindungi kedua belah pihak.