SportFEAT.COM - Pelatih Inter Milan, Antonio Conte, mengakui ada satu kejadian dalam karier kepelatihan yang membuat ia menangis.
Karier kepelatihan Antonio Conte dimulai ketika melatih klub Serie B, Arezzo, pada musim panas 2006.
Berawal dari sana, Antonio Conte terus melalang buana menjelajahi klub-klub Italia.
Baca Juga: Pemain Gratisan Langsung Punya Pamor Usai Jebol Gawang Spanyol
Mulai dari Bari, Atalanta, Siena, hingga mendarat ke Juventus pada selang 2011-2014.
Keberadaan Conte di balik kemudi Juventus kala itu mungkin di pandang tifosi I Bianconeri sebagai momentum yang spesial.
Bagaimana tidak? Pria yang kini berumur 50 tahun tersebut merupakan salah satu legenda Juve yang membela klub antara 1991-2004.
Bahkan, Conte juga mampu memberikan tiga trofi scudetti Serie A dan dua titel juara Piala Super Italia.
Walau begitu, bukan Juventus kesebelasan yang membuat Conte menangis saat ia pergi.
Pria yang semasa aktif bermain mengampu posisi gelandang itu mengaku bahwa kesedihan justru tercipta saat ia meninggalkan timnas Italia untuk berpetualang ke Inggris bersama Chelsea.
"Saya ingat sehari sebelum berpisah (dengan para pemain dan staf), kami semua menangis," kata Conte, seperti dikutip SportFEAT.com dari laman Football Italia.
"Sebab, kami tahu sedari awal bahwa kami tidak akan kembali berjumpa lagi setiap hari," tutur pria kelahiran Kota Lecce ini lagi.
Conte menambahkan, pengalaman menjadi pemain dan pelatih di timnas Italia merupakan hal yang membuatnya merasa beruntung.
| Congratulations to the former #Azzurri boss Antonio #Conte for leading @ChelseaFC to the @premierleague title! #VivoAzzurro ???????? pic.twitter.com/6pciADGUWM
— Italy (@azzurri) May 13, 2017
Baca Juga: Real Madrid Langsung Dapatkan 2 Musibah pada Jeda Internasional
"Mengenakan seragam timnas Italia merupakan sebuah mimpi yang terwujud. Terutama ketika saya berdiri untuk mendengarkan lagu kebangsaan," ucap Conte.
"Momentum demikian mendatangkan sensasi yang unik, sebab hal itu menandakan bahwa Anda telah mencapai level internasional."
"Sementara saat menjadi pelatih, ada sebuah tanggung jawab besar yang dipikul. Anda dapat merasakan bahwa seluruh masyarakat berada di belakang, mereka menaruh harap dan tekanan kepada Anda," katanya.
Conte mengakui bahwa timnas Italia pimpinannya kala itu sangat bersemangat dan sarat kekeluargaan.
Meskipun, lanjut Conte, tidak ada satu pun pemain berlabel bintang di skuat Gli Azzurri asuhannya.
.@azzurri, @England's @WayneRooney headline today's #PaniniInstant #EURO2016 cards. https://t.co/Dc1lqWjptt pic.twitter.com/TyD50X8v8K
— Panini America (@PaniniAmerica) June 28, 2016
Baca Juga: Brasil Vs Nigeria - Cedera ke-16 Neymar dalam 5 Tahun Terakhir
Memori indah Conte tercipta saat Italia mampu mengalahkan juara bertahan timnas Spanyol dengan skor 2-0 pada babak 16 besar Piala Eropa 2016.
Walaupun, skuad timnas Italia saat itu diisi dengan materi pemain yang cukup terbatas.
Sebelumnya, Italia juga mengalahkan Belgia dengan skor sama pada babak grup.
Hanya saja, langkah Gianluigi Buffon dkk di Piala Eropa 2016 mesti terhenti pada babak perempat final setelah kalah adu penalti melawan timnas Jerman.
Baca Juga: Danillo Petrucci Lebih 'Menderita' ketimbang Dovizioso di Kubu Ducati
"Kami tidak akan pernah bisa mengalahkan tim seperti Belgia atau Spanyol jika tidak memegang teguh filosofi," tutur Conte.
"Pengalaman saat itu merupakan hal yang amat emosional. Jika saja belum menandatangani kontrak untuk Chelsea, saya mungkin akan terus bekerja bersama timnas Italia."
"Sebab, kami benar-benar menciptakan hubungan kekeluargaan dengan para pemain. Betapa sulit untuk meninggalkannya,"
AntonioConte melatih timnas Italia pada periode 2014-2016.
Setelah itu, ia pindah ke Chelsea (2016-2018) dan melatih Inter Milan per musim panas 2019.
Source | : | football-italia-net |
Penulis | : | Ahmad Tsalis |
Editor | : | Ahmad Tsalis |