SportFEAT.COM - Legenda bulu tangkis Indonesia, Susy Susanti langsung membeberkan resep membangkitkan bulu tangkis putri Indonesia, merespons kegagalan sektor putri di turnamen Fuzhou China Open 2019.
Rupanya, kegagalan bulu tangkis putri Indonesia di Fuzhou China Open 2019, khususnya tunggal dan ganda putri, membuat Susy Susanti prihatin.
Fuzhou China Open 2019 saat ini digelar di Haixia Olympic Sports Center pada 5-11 November 2019.
Fitriani dan Gregoria Mariska Tunjung yang menjadi andalan sektor putri masih belum bisa berbicara banyak di turnamen super series 750 itu.
Keduanya harus kalah prematur di babak awal Fuzhou China Open 2019.
Baca Juga: Fuzhou China Open 2019 - Sempat Kewalahan, Ini Ungkapan Kevin/Marcus Usai Runtuhkan Tembok Jerman
Sebelumnya, kedua tunggal putri terbaik Indonesia ini belum juga bisa mempersembahkan gelar bagi Indonesia sejak Fitriani menjuarai turnamen Thailand Masters 2019 di awal tahun.
Sementara, prestasi terbaik bagi Gregoria Mariska Tunjung adalah mencapai babak perempat final.
Hasil itu diraih Gregoria pada tiga kejuaraan, yakni Taiwan Open 2019, Korea Open 2019, dan New Zealand Open 2019.
Di sektor ganda putri pun tak jauh berbeda dengan tunggal putri.
Indonesia yang mengandalkan pasangan Greysia Polli/Apriyani Rahayu juga gagal total di Fuzhoun China Open 2019.
Greysia Polli/Apriyani Rahayu gagal melangkah ke babak kedua setelah dikalahkan dari Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean asal Malaysia.
Sedangkan Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta juga mengalami hal serupa seperti seniornya.
Kondisi tersebut membuat Susy Susanti selaku kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI ini mencoba mencari solusi.
Salah satu cara untuk memperbaiki sektor putri adalah dengan mengirimkan pemain khususnya tunggal putri ke turnamen level 100 maupun 300.
Hal itu dilakukan guna meningkatkan konsistensi atlet untuk mebiasakan bersaing.
"Kita pernah juara di level 300, tetapi saat ini memang kita ikut yang 750 sampai 1.000. Secara kelas sebetulnya masih agak tinggi ya," kata Susy dilansir SportFEAT.com dari Kompas.com.
"Pada saat kita masuk ke level 1.000 otomatis kita akan berhadapan dengan pemain unggulan semua," katanya melanjutkan.
Peraih medali emas Olimpiade 1992 Barcelona ini akan berusaha membuat PBSI bekerja keras untuk mengembangkan potensi sektor putri.
"Iya, jadi untuk tunggal putri dan ganda putri, kami tentunya masih harus kerja keras, karena memang minimnya bibit dan prestasi juga belum konsisten," ujar Susy.
Lebih lanjut, istri Alan Budikusuma ini mengakui sektor putri adalah kelemahan bagi bulu tangkis Indonesia.
Ia juga menilai bahwa atlet putri belum bisa bersaing di turnamen level 1000.
Susy menambahkan, seluruh pelatih putri beserta jajaran PBSI harus lebih mengatur strategi dan melakukan evaluasi.
Selain memilih pertandingan yang lebih kecil levelnya, Susy mengatakan PBSI juga harus melakukan cara untuk mematangkan pemain putri untuk siap bersaing.
"Kita kemarin main di level 100, harus konsisten dulu juara di 100, baru naik ke level 300, juara dulu, begitu seterusnya," jelas Susy.
"Kalau dia memang bisa ke level 1.000 ya oke. Kita harus hitung untung ruginya.
"Kalau di level 1.000 sampai babak kedua itu sama saja seperti masuk semifinal atau juara di level 300," katanya menambahkan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nuranda Indrajaya |
Editor | : | Hery Prasetyo |