SportFEAT.COM - Liem Swie King berbagi tips penting agar menjadi pemain tunggal yang mampu meraih banyak gelar juara.
Liem Swie King menjadi sosok ikonik pebulu tangkis tunggal putra Indonesia yang pernah berjaya di era 1970-an.
Kiprahnya dalam mengarungi dunia tepok bulu angsa tak pernah lepas dari julukan King yang erat kaitannya dengan jumping smash keras yang dimilikinya.
Berbagai macam torehan prestasi sudah pernah dicicipi Liem Swie King yang membuatnya pernah bertengger sebagai tunggal putra nomor satu dunia.
Dari medali emas SEA Games, medali emas Asian Games, hingga medali perak Kejuaraan Dunia (1980 dan 1983) dan All England Open.
Belum lagi titel-titel kampiun yang dikantonginya dari turnamen-turnamen IBF (sekarang BWF -red) reguler setiap tahunnya.
Berkat prestasi-prestasi mentereng yang dimiliki Liem Swie King itu, catatan perjalanan dan prestasi mantan tunggal putra besutan PB Djarum itu pernah diangkat ke layar lebar dengan judul "King".
Baca Juga: Lee Cheuk Yiu Doakan Anthony Ginting Raih Gelar Juara di World Tour Finals 2019
Tak salah jika nama Liem Swie King memang menjadi legenda hidup yang cukup terkenal dalam dunia bulu tangkis Tanah Air.
Liem Swie King pun sampai saat ini masih menaruh perhatiannya dalam kemajuan dunia bulu tangkis Indonesia.
Pria kelahiran Kudus yang pernah memiliki nama panggilan Guntur itupun menyoroti salah satu gap besar yang terjadi antara nomor tunggal dan nomor ganda di Indonesia.
Juara All England Open 1978 itu sadar betul ada jurang dalam yang cukup lebar memisahkan prestasi nomor tunggal dan ganda dalam bulu tangkis Indonesia.
Seperti diketahui, dominasi Indonesia dalam peta persaingan bulu tangkis dunia saat ini berasal dari nomor ganda, khususnya ganda putra dan ganda campuran.
Di nomor ganda putra, Indonesia punya tiga pasangan yang bertengger di lima besar dunia.
Mereka adalah Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (1), Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (2) dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (5).
Sedangkan ganda campuran, ada Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (5) dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja (9).
Total gelar juara dari dua nomor andalan Indonesia tersebut pun terbilang cukup banyak diraih tahun ini.
Sementara di nomor tunggal, khususnya tunggal putri, skuad Merah Putih masih agak tertinggal dari negara lain.
Jika mau membandingkan dari sektor putra dan putri, tunggal putra memang masih lebih banyak berbicara.
Sebab saat ini Indonesia juga memiliki dua tunggal putra yang meramaikan jajaran 10 besar dunia, yakni Jonatan Christie (6) dan Anthony Sinisuka Ginting (8).
Namun, raihan titel kampiun beberapa turnamen elit BWF masih harus tertunda bagi kedua pemain itu.
Baca Juga: Ini Pasal di BWF yang Buktikan Anthony Sinisuka Ginting Tidak Fault
Jonatan tahun ini berhasil menjadi juara di Australian Open dan New Zealand Open, keduanya adalah turnamen Super 300.
Adapun Anthony masih belum berhasil mengantongi gelar juara, empat kali tembus final, empat kali pula dia harus puas jadi runner-up.
Melihat jomplangnya prestasi nomor ganda dan tunggal di Indonesia, Liem Swie King pun menyebutkan satu hal penting tentang masalah tersebut.
Yakni soal kemauan untuk menjalani latihan yang jauh lebih keras.
Sebab bermain di nomor tunggal memang jelas lebih berat daripada nomor ganda, terutama dari segi meng-cover lapangan.
"Jadi, syarat-syarat untuk menjadi pemain tunggal yang bisa juara itu memang lebih berat daripada pemain ganda," ucap Liem saat menghadiri Audisi Umum 2019 di Kudus, dikutip SportFEAT.com dari BolaSport.
"Nah, syarat seperti itu bisa dipenuhi tidak oleh anak-anak sekarang, mau atau tidak mereka melakoni sesi latihan yang lebih capek, lebih keras dan lebih banyak dari ambang batas latihan?" tukasnya.
Menurunnya prestasi nomor tunggal Indonesia memang tak lepas dari minimnya generasi yang mau bersusah payah dalam mengikuti pola latihan nomor tunggal.
Setidaknya hal inilah yang dilihat dalam kacamata Liem Swie King yang juga menjadi salah satu Tim Pencari Bakat pada Audisi Umum 2019 di Kudus.
"Yang saya lihat sekarang, (pemain tunggal) latihannya kurang,"' ucap Liem.
"Bermain sendirian di lapangan menurut saya lebih capek. Jadi memang lebih banyak syarat-syaratnya," kata dia lagi.
Dalam tiga dekade terakhir, prestasi ganda Indonesia memang jelas lebih mentereng dari nomor tunggal.
Apabila mau menengok dari kompetisi tertinggi yakni Olimpiade, nomor ganda Indonesia sudah bisa dibilang langganan menyumbang medali emas.
Akan tetapi pada nomor tunggal, medali emas Olimpiade hanya pernah diraih oleh tiga pemain yakni Alan Budikusuma, Susy Susanti dan Taufik Hidayat.
Source | : | BolaSport.com |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |