SportFEAT.COM - Penampilan ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, terbilang fantastis pada musim kompetisi BWF 2019 ini.
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan baru saja menambah deretan gelar juara turnamen bergengsi yang kembali mereka tahun ini.
Yang paling baru tentunya adalah keberhasilan Ahsan/Hendra yang sukses meraih titel kampiun BWF World Tour Finals 2019 di Guangzhou, China, pekan lalu.
Pasangan yang dijuluki The Daddies tersebut sukses merebut gelar juara BWF World Tour Finals 2019 dengan mengalahkan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe (Jepang) di laga puncak.
Berkat torehan prestasi itu, Ahsan/Hendra pun membukukan rekor baru dengan menjadi ganda putra pertama yang sukses meraih tiga gelar bergengsi (All England Open, Juara Dunia dan BWF World Tour Finals) dalam satu musim kalender kompetisi BWF.
Pencapaian fenomenal Ahsan/Hendra ini tentu dirasa istimewa.
Pasalnya, tandem mereka sempat berpisah selama kurang lebih satu tahun pada 2017 lalu.
Baca Juga: Kunlavut Vitidsarn, Juara Dunia Junior 3 Kali yang Mulai Melebarkan Sayapnya di Level Senior
Selain itu, penampilan Ahsan/Hendra juga pantas dibilang sangat mengesankan jika mengingat usia mereka yang sudah tidak muda lagi. Ahsan berusia 32 tahun, dan Hendra sudah berusia 35 tahun.
Melihat raihan positif Ahsan/Hendra, tentu banyak pihak yang penasaran tentang bagaimana penerapan pola latihan yang dijalani dua pemain senior itu.
Terlebih, The Daddies saat ini berstaus sebagai pemain profesional (non-pelatnas) dan berlatih di pelatnas PBSI Cipayung hanya sebagai sparring partner.
Dilansir SportFEAT.com dari akun Youtube PB Djarum, rupanya Herry Iman Pierngadi (pelatih ganda putra Indonesia) pernah membeberkan kunci penting dalam menerapkan pola latihan kepada Ahsan/Hendra.
Salah satu kunci penting itu adalah adanya tahap diskusi bersama yang dilakukan sebelum memasuki tahap latihan penuh.
"Biasanya saya kalau (melatih) Ahsan/Hendra itu sebelum main masuk lapangan, kita ada diskusi sedikit," tutur Herry IP.
"Cara main mereka beda, tidak sama seperti pemain-pemain muda yang selalu bermain tempo cepat. Jadi bermainnya di pengaturan pola main," kata dia lagi.
Herry IP menyadari bahwa setiap pemain pasti memiliki kekurangan dan kelebihan.
Akan tetapi, ditanya soal kelebihan The Daddies, Herry IP mengakui jika persentasi kelebihan Ahsan/Hendra cenderung lebih banyak jika dibandingkan kekurangan mereka.
Baca Juga: Rahasia Yuta Watanabe Mampu Terapkan Pola Main Bertahan yang Membuat Lawan-lawannya Frustrasi
"Kalau menurut saya sih persentase nya mungkin lebih banyak kelebihannya ya. Kalau kekurangan ya pasti karena mereka usianya sudah ada (cukup senior)," ucap Herry.
"Pasti kondisi fisiknya, kecepatan dan power sedikit menurun. Tapi kelebihannya mereka itu tenang, antisipasi bola tepat penempatan bolanya juga matang. itulah ciri-ciri pemain senior," ujarnya menambahkan.
Ahsan/Hendra sendiri saat ini bertengger di peringkat kedua dunia. Tepat berada di bawah Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang bercokol di peringkat teratas.
Ahsan/Hendra yang masih menyimpan ambisi menuju Olimpiade Tokyo 2020 kemungkinan besar harus siap bersaing dengan ganda putra muda Indonesia lainnya.
Seperti diketahui, jumlah maksimal perwakilan setiap nomor pada ajang Olimpiade bagi setiap negara adalah dua wakil.
Artinya, Ahsan/Hendra harus berebut satu slot menuju Olimpiade Tokyo 2020 dengan Marcus/Kevin dan juga Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang saat ini berada di peringkat kelima dunia.
Meski begitu, Herry IP tetap yakin Ahsan/Hendra masih cukup menjanjikan untuk kembali bersaing pada Olimpiade Tokyo 2020.
"Saya sebagai pelatih optimistis mereka masih bisa tetap bersaing dan berprestasi di Olimpiade 2020," kata Herry.
Source | : | PB Djarum |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |