SportFEAT.COM - Bos Yamaha, Lin Jarvis, mengakui timnya masih memiliki satu masalah yang menghambat kemajuan mereka, yakni lemahnya koordinasi.
Sulit membayangkan bahwa tim sebesar Yamaha masih memiliki kelemahan yang cukup fatal.
Bayangkan saja, tim asal Jepang ini diperkuat pembalap-pembala bertalenta sekaliber Valentino Rossi, Maverick Vinales, hingga Fabio Quartararo.
Tak hanya itu, motor YZR-M1 yang menjadi andalan mereka pun dianggap sebagai motor yang paling mudah dikendarai jika dibandingkan dengan motor pabrikan lain.
Yamaha pun memiliki tradisi sebagai tim yang kerap menelurkan para pembalap jawara, mulai dari era Giacomo Agostini, Kenny Roberts, Eddie Lawson, Wayne Rainey, hingga Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo.
Namun, sejak munculnya The Baby Alien, Marc Marquez, pada MotoGP 2013, performa tim berlogo garpu tala tersebut berangsur-angsur tenggelam.
Alih-alih memberi perlawanan sengit, Yamaha justru harus terus mengakui keunggulan Repsol Honda dengan Marquez-nya yang menyabet enam gelar juara dalam tujuh musim terakhir.
Pada ajang MotoGP 2019 yang baru saja selesai pun, Yamaha hanya "kebagian" kemenangan di dua balapan, lebih sedikit dibandingkan Ducati (3 buah) dan Honda (12 buah).
Baca Juga: Kantongi Dukungan Orang Tua, Valentino Rossi Ingin Terus Balapan di MotoGP
Hal ini tak pelak menimbulkan satu pertanyaan di kalangan penggemar MotoGP: ada apa dengan Yamaha?
Dikutip SportFEAT.com dari Tuttomotoriweb.com, bos Yamaha, Lin Jarvis, tak menampik jika tim yang dipimpinnya tersebut masih punya kelemahan fatal.
"Saat memimpin perusahaan, Anda harus bisa menyatukan kemampuan semua divisi yang terlibat," ujar Jarvis.
"Saya rasa, itulah yang sampai saat ini belum kami lakukan di Yamaha," tuturnya menjelaskan.
Don't miss the 2019 season showdown!#MonsterYamaha | #MotoGP | #ValenciaGP | #MonsterEnergy | #VR46 | #MV12 | @MotoGP pic.twitter.com/hLijwtDo8i
— Monster Energy Yamaha MotoGP (@YamahaMotoGP) November 16, 2019
Jarvis lantas mengungkapkan bahwa saat ini kru yang dimilikinya masih bekerja sendiri-sendiri, belum menyatu.
"Kami memiliki divisi sasis yang hanya mengerjakan soal sasis. Divisi elektronik juga hanya mengerjakan komponen elektronik dan powe unit," ungkapnya.
"Tidak ada yang melihat motor sebagai suatu kesatuan. Kerja sama kami jadinya kurang bagus," imbuh pria yang menjabat sebagai Team Principal ini.
Baca Juga: Sukses Tuntaskan Problem Internal, Yamaha Mengaku Siap Tampil Maksimal
Kendati demikian, Jarvis tidak patah arang. Dirinya mengaku telah memiliki siasat untuk mengatasi masalah tersebut.
"Kami mulai melakukan revolusi dengan membangun hubungan yang lebih terbuka untuk menyelesaikan masalah," kata dia.
"Walaupun sebagian besar kru kami masih sama, semoga dengan pendekatan baru ini, mentalitas kami juga akan ikut berubah," pungkasnya.
Around the world in 20 races! ????
Buy your tickets for the 2020 #MotoGP season now! ⬇️https://t.co/Pab4alUdWV#2020awaits pic.twitter.com/NHFKdBjcYm
— MotoGP™ (@MotoGP) December 6, 2019
Para penggemar tentunya berharap bahwa Yamaha dapat sungguh-sungguh menemukan solusi atas permasalahan yang menghinggapi skuad Iwata.
Pasalnya, dalam klasemen akhir tim MotoGP 2019, tim utama Yamaha hanya mampu bertengger di peringkat 3, kalah moncer dibandingkan dua rival mereka, Repsol Honda dan Mission Winnow Ducati.
Source | : | tuttomotoriweb.com |
Penulis | : | Agustinus Rosario |
Editor | : | Agustinus Rosario |