Ia dan beberapa orang pernah diasingkan oleh sang Presiden karena dianggap sebuah ancaman karena disinyalir melakukan kudeta.
"Saya tidak punya apa-apa lagi. Erdogan mengambil segalanya; hak saya untuk kebebasan, kebebasan berekspresi, dan hak untuk bekerja," kata Hakan Sukur.
"Sepertinya tidak ada yang bisa menjelaskan apa peran saya dalam kudeta ini,"
"Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang ilegal. Saya bukan pengkhianat atau teroris." imbuhnya, dikutip SportFEAT.com dari Welt am Sonntag.
Pria berusia 48 tahun itu bahkan menyebut dirinya kini telah menjadi musuh pemerintah Turki.
Parahnya, ia dan keluarga kerap menerima ancaman yang membuatnya kehidupannya di Turki pun terganggu.
"Toko istri saya diserang, anak-anak saya dilecehkan, ayah saya dipenjara dan semua aset saya disita," ucap Hakan Sukur lagi.
Baca Juga: Indonesia Masters 2020 - Jonatan Christie Usung Misi Rahasia saat Tampil di Rumah Sendiri
Merasa tak tahan dengan perlakuan yang ia terima dari negaranya, Hakan Sukur pun memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat.
Di Negeri Paman Sam, ia saat ini bekerja sebagai salah satu pengemudi taksi online.
"Jadi saya pindah ke Amerika Serikat, awalnya mengelola sebuah kafe di California, tetapi orang-orang aneh terus datang ke bar," ucap Hakan Sukur.
"Sekarang saya mengemudi untuk Uber dan saya menjual buku," tuturnya memungkasi.
Sebagai pesepak bola asal Turki, Hakan Sukur memiliki karier yang terbilang menakjubkan.
Bersama Galatasaray, pemain yang berposisi sebagai penyerang itu sukses meraih delapan gelar juara liga.
Ia juga menjadi bagian kesuksesan Galatasaray kala menjuarai Piala UEFA (sekarang Europa League) pada musim 1999-2000.
Baca Juga: Simon Kjaer, Rekrutan Anyar AC Milan yang Pernah Berseteru dengan Zlatan Ibrahimovic
Sampai saat ini, Hakan Sukur masih memegang rekor sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Liga Turki dengan torehan 249 gol.
Hakan Sukur juga menjadi pemain Turki dengan jumlah gol terbanyak di ajang Liga Champions, yakni 22 gol.
Ia memutuskan gantung sepatu pada tahun 2008 bersama tim yang membesarkan namanya Galatasaray.
Source | : | Welt am Sonntag |
Penulis | : | Nuranda Indrajaya |
Editor | : | Nuranda Indrajaya |