SportFEAT.COM - Manajer Ducati Corse, Gigi Dall'Igna, lebih memilih bersikap netral ketimbang ikut campur dalam perang urat syaraf yang terjadi antara kubu Ducati dan Honda.
Beberapa waktu lalu, dunia MotoGP sempat memanas akibat terjadinya perang urat syaraf antara CEO Ducati, Claudio Domenicali, dengan Manajer Honda, Alberto Puig.
Perang urat syaraf antara dua tim pabrikan MotoGP tersebut berawal dari sindiran keras Claudio Domenicali soal performa Repsol Honda yang dalam beberapa musim terakhir ini amat dominan.
Claudio Domenicali menyebut bahwa kehebatan Repsol Honda memenangi berbagai macam gelar karena mengandalkan satu pembalap saja, yakni Marc Marquez.
Sementara pempalap Repsol Honda lainnya, disebut Claudio Domenicali justru kesulitan untuk mengejar ketertinggalan dari Marquez.
Bahkan, Claudio Domenicali menyebut bahwa hasil yang didapat Ducati masih terbilang lebih baik karena semua pembalap mereka 'sama rata' masuk ke 10 besar.
Baca Juga: Lin Jarvis Blak-blakan Soal Keputusan Final Yamaha Melengserkan Valentino Rossi
Baca Juga: Mantap! Cristiano Ronaldo Kembali Berhasil Langkahi Pencapaian Lionel Messi
Sindiran ini rupanya sampai ke telinga Manajer Honda, Alberto Puig.
Alberto Puig tak senang dengan pernyataan Domenicali.
Ia kemudian berbalik melontarkan psywar dengan menuturkan bahwa Ducati selama ini hanya bisa menelurkan satu nama sebagai Juara Dunia yaitu Casey Stoner.
Sementara Casey Stoner pun juga sempat berjaya saat berhelm Repsol Honda.
Melihat polah tingkah dua petinggi tim pabrikan tersebut, manajer Ducati Corse, Gigi Dall'Igna lebih memilih bersikap netral.
Gigi Dall'Igna menuturkan bahwa hal-hal demikian seharusnya bukan menjadi pembahjasan penting apalagi menyambut kompetisi baru MotoGP 2020.
"Saling menyalahkan adalah suatu hal yang paling buruk," kata Gigi Dall'Igna dikutip SportFEAT.com dari Speedweek.
"Entah itu karena faktor pembalap ataupun motornya, yang jelas kami menang dan kalah bersama," imbuhnya.
Bagi Gigi Dall'Igna, kekalahan Ducati yang selalu berakhir menjadi 'yang kedua' di bawah Repsol Honda memang berarti ada yang lebih baik dari tim pabrikan Austria itu.
"Bagi kami, menjadi yang kedua dan kalah berarti karena memang ada seseorang yang lebih baik daripada kami. Jadi ya sebenarnya ini adalah tugas pihak masing-masing untuk melakukan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang ditentukan,' kata Dall'Igna.
Sampai saat ini Gigi Dall'Igna masih terus berusaha mengantarkan pembalap Ducati meraih gelar Juara Dunia MotoGP.
Dilansir SportFEAT.com dari GridOto.com, kehadiran Gigi Dall'Igna di kubu Ducati berawal dari prestasinya yang memenangi World Superbike bersama Aprilia.
Selain itu, hadirnya Gigi Dall'Igna juga diharapkan mampu membawa Ducati terus bersaing ketat di MotoGP setelah kegagalan manajer sebelumnya, Bernhard Gobmeier tujuh tahun lalu.
(*)
Source | : | Speedweek.com,Gridoto |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |