SportFEAT.COM - Selama berkompetisi pada All England 2020 lalu, Carolina Marin ternyata menyimpan satu kisah yang selama ini sempat ia sembunyikan.
Carolina Marin sempat digadang-gadang mampu tampil maksimal pada ajang All England 2020 lalu.
Sejak comeback dari cedera, performa Carolina Marin memang terbilang mulai konsisten.
Namun sayang, pada All England 2020 lalu ia harus rela tersisih di babak semifinal setelah kalah dari Tai Tzu Ying.
Marin yang memenangi gim pertama lebih dulu, justru tampil menurun pada dua gim berikutnya sebelum akhirnya kalah dengan skor 21-19, 13-21, 11-21.
Salah satu hal yang mencuri perhatian dalam laga tersebut adalah bahasa tubuh dari Marin.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 Mundur Setahun, Usia Ahsan/Hendra Mulai Jadi Sorotan
Ya, Carolina Marin adalah salah satu pemain tunggal putri yang tampil ekspresif dengan teriakan yang khas.
Namun pada laga tersebut, dilansir SportFEAT.com dari BWF Badminton, Marin rupanya tampil agak berbeda, sedikit diam dan terbilang anteng.
Di balik sikapnya tersebut, peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 itu rupanya sedang mengalami masa-masa sulit.
Selama berkompetisi di All England 2020, Marin ternyata dibayangi tentang kesehatan sang ayah yang sudah satu bulan dirawat di rumah sakit di Spanyol.
"Saya tidak tampil 100 persen, (sebenarnya) saya tetap ingin meningkatkan permainan saya dan tetap fokus pada strategi. Tapi saya harus kembali, saya punya masalah personal," ucap Carolina Marin kala itu.
"Ayah saya ada di rumah sakit sejak sebulan lalu, kondisinya sedang buruk dan saya harus segera kembali ke Spanyol," imbuhnya.
Baca Juga: Torehan Gelar Juara yang Sudah Diraih Pebulu Tangkis Indonesia Sampai All England 2020
Jauh sebelum tampil di All England 2020 lalu, Marin sebenarnya sudah merasakan tekanan ketika tampil di hada[an publiknya sendiri di Barcelona Spain Masters 2020.
Marin mengakui bahwa banyak orang yang berharap ia mampu juara di sana.
Namun, pebulu tangkis kidal 26 tahun tersebut tidak bisa memungkiri bahwa kondisi kesehatan ayahnya telah memengaruhinya selama tampil pada Spain Masters 2020 lalu.
"Itu masalah tersendiri bagi saya. Semua orang berharap saya bisa menang di sana. Saya pun sebenarnya tidak merasa dalam keadaan baik, tapi saya ingin bermain," kata Marin.
Performa Carolina Marin sendiri pasca-cedera dan absen sampai delapan bulan lebih, terbilang fantastis.
Pada pertandingan keduanya sejak comeback, yakni di China Open 2019 (Super 1000), Marin yang datang sebagai pemain non-unggulan langsung membuat kejutan dengan berhasil menjadi juara.
Selain menjadi juara China Open 2019, Carolina Marin juga beberapa kali berhasil naik podium.
Selain runner-up Spain Masters 2020, Marin juga berhasil menjadi runner-up Indonesia Masters 2020.
Pencapaian-pencapaian tersebut jelas menjadi pelecut semangat Marin. Apalagi peringkatnya sempat terjun bebas sebelum akhirnya kini bisa kembali bertengger di peringkat enam dunia.
Cedera ACL yang didapatkan Marin pada Indonesia Masters 2019 lalu sempat dikhawatirkan merenggut kariernya sebagai pebulu tangkis.
Pasalnya, tidak semua pemain mampu bangkit dan tampil kompetitif di level elite dunia ketika baru saja mengalami cedera ACL.
Salah satu contohnya adalah Li Xue Rui. Peraih medali emas Olimpiade LOndon 2012 tersebut sempat mengalami cedera ACL dan terpaksa absen hingga setahun lebih.
Meski sempat comeback, penampilan Li sudah tak seperti dulu lagi hingga ia pun akhirnya resmi memutuskan pensiun pada akhir 2019 lalu.
(*)
Lihat postingan ini di Instagram
Source | : | BWF Badminton |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |