SportFEAT.COM - Park Joo-bong disebut lebih memilih mangabdi di Jepang dan meninggalkan Korea Selatan karena masa lalu pahit di Olimpiade Atlanta 1996.
Sosok Park Joo-bong selama ini identik sebagai salah satu pelatih tersukses di ajang bulu tangkis dunia.
Sejak menjadi pelatih tim bulu tangkis Jepang pada 2004 silam, kontribusi Park Joo-bong amatlah besar.
Mantan pemain spesialis ganda Korea Selatan itu terbilang berhasil meroketkan kekuatan Jepang di ajang bulu tangkis dunia.
Baca Juga: Park Joo-bong Umumkan Kento Momota Siap Pimpin Skuad Jepang di Piala Thomas 2020
Beberapa prestasi besarnya adalah mengantarkan Jepang meraih medali di ajang Olimpiade (2012) untuk pertama kalinya dari nomor ganda putri.
Kemudian berhasil membuat Jepang menjuarai Piala Thomas 2014 dan meraih medali emas pertama di Olimpiade Rio 2016.
Saat masih bermain, Park Joo-bong sudah dikenal menjadi salah satu pemain gadna yang disegani.
Duetnya di ganda putra bersama Kim Moon-soo pernah menjadi tandem maut di era 1980 hingga 1990-an dan meraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992, mengalahkan wakil Indonesia Rudy Gunawan/Eddy Hartono.
Sedangkan di ganda campuran, Park bersama Chung Myeong-hee dan Ra Kyung-min, ia juga kerap wara-wiri juara turnamen internasional.
Park Joo-bong sendiri sudah lima kali juara dunia, dua di nomor ganda putra dan tiga di gadna campuran.
Sedangkan medali emas Asian Games juga berhasil diraihnya dengan rincian ganda putra (1), ganda campuran (2) dan beregu putra (1).
Baca Juga: Marcus Gideon Punya Akadami Bulu Tangkis Modern, Skuad Ganda Putra Langsung Jajal Lapangan
Sejarah yang sudah dibuat Park selama menjadi pemain membuatnya masuk Hall of Fame BWF.
Namun begitu, kehebatan Park Joo-bong selama menjadi pemain Negeri Ginseng tak serta merta membuatnya nyaman untuk bertahan di sana.
Salah satu media China, Sports Sina mengungkap beberapa alasan yang akhirnya membuat Park Joo-bong pilih tinggalkan Korea Selatan.
Salah satunya adalah karena kisah masa lalu pahit saat berselisih dengan Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan (BKA).
Baca Juga: Punya Postur Segede Gaban, Begini Kata Pebulu Tangkis Ganda Campuran Nomor 2 Indonesia
Dalam pemberitaan Sports Sina, Park Joo-bong disebut pernah diminta mengalah oleh BKA saat tampil di final Olimpiade Atlanta 1996.
Kejadian itu merujuk pada pertandingan ganda campuran Park Joo-bong/Ra Kyung-min melawan Kim Kyung-moon/Gil Young-Ah.
Faktanya, Park/Ra memang kalah di final Olimpiade Atlanta 1996 dari Kim/Gil dengan skor 15–13, 4–15, 12–15.
Ketidakcocokan Park Joo-bong sebenarnya sudah mulai tercium sejak ia memenangi medali emas Olimpiade 1992.
Sebagaimana dilasnir dari Korea Joongang Daily, Park dan Kim Mon-soo memutuskan pensiun pada 1993.
Akan tetapi adanya tekanan dari BKA membuat mereka kembali bermain di ajang Piala Sudirman 1993. Park sempat memutuskan pensiun untuk kedua kalinya pada 1994.
Park kemudian kembali bermain pada 1996 setelah mendengar nomor ganda campuran dimainkan. Namun sejak kalah di final, Park lantas mulai kerap melalang buana ke negara lain.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - Pemain Ganda Campuran Indonesia Sempat Bingung Bicara Target
Setelah Olimpaide Atlanta 1996, tercatat Park Joo-bong pernah menjadi asisten pelatih Inggris.
Pada 1999, ia sempat melatih di Malaysia. Sempat ditunjuk menjadi asisten pelatih tim Korea Selatan pada Olimpaide 2004, Park akhirnya lebih memilih mendarat ke Jepang sampai saat ini.
Adapun ketika ditanya petihal kenapa ia memilih Jepang, selama ini Park menjawab dengan jawaban netral.
Baca Juga: Kabar Gembira, BWF Pastikan Piala Thomas dan Uber 2020 Akan Tetap Digelar Oktober
"Saya bergabung dengan Jepang setelah Olimpiade Athena 2004. Waktu itu saya melihat jika para pemain Jepang di Olimpiade cukup bagus," ujar Park yang dikutip dari The Star.
"Mereka memiliki kekuatan smes yang bagus dan level mereka juga tidak terlalu jauh dari pebulu tangkis elite lainnya. Namun, Jepang saat itu lemah dalam strategi dan saya fokus pada itu," kata Park lagi
(*)
Lihat postingan ini di Instagram
Source | : | the star,Sina Sports,Koreajoongangdaily |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |