Pembalap penguji mereka, Stefan Bradl, yang ditunjuk sebagai pengganti sementara Marc pun juga tidak bisa memberikan hasil positif.
Rentetan hasil tak menyenangkan ini bisa berimbas pada minat Repsol untuk memperpanjang durasu kerja sama mereka dengan Honda.
Isu perceraian Repsol dengan Honda sebenarnya sudah mencuat beberapa waktu lalu setelah keduanya bekerjasama selama 25 tahun lamanya.
Baca Juga: Ada Peran Bapak Jorge Lorenzo Dibalik Penampilan Cemerlang Joan Mir di MotoGP 2020
Dan dengan hasil buruk musim ini, bukan tidak mungkin jika perusahaan minyak yang berbasis di Madrid itu akan meninggalkan Honda mulai tahun depan.
Belum lagi krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19 juga disebut bisa mempengaruhi Repsol untuk berpikir ulang mengenai ketertarikan mereka berinvestasi ke MotoGP.
Kontrak kerja sama Repsol dan Honda sendiri akan berakhir pada 31 Desember 2020, hingga saat ini beum ada kabar tentang peluang memperpanjang kontrak antara mereka.
Baca Juga: Pol Espargaro Semakin Tak Stabil, Repsol Honda Siap-siap Merugi?
Terlepas daripada itu, performa Honda sendiri memang terus dicecar dalam beberapa waktu terakhir.
Tim pabrikan Jepang itu diklaim terlalu mengandalkan Marc Marquez seorang, bahkan dari perkembangan motor mereka.
Termasuk di tim satelit, LCR Honda, yang musim ini juga masih nihil podium.
Seorang pengamat MotoGP, Carlo Pernat bahkan menilai kegagalan Honda kali ini juga dipengaruhi oleh sosok manajer tim mereka, Alberto Puig yang dianggapnya tidak bisa mengatur keseimbangan tim.
Source | : | Motorplus Online,Motosan.es,Corse di Moto |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |