SportFEAT.com – Legenda tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat bercerita soal pengalamannya meraih medali emas Olimpiade Athena 2004.
Taufik Hidayat berhasil mempersembahkan emas untuk Indonesia pada Olimpiade Athena 2004.
Hingga saat ini, Taufik Hidayat menjadi pebulu tangkis Indonesia terakhir yang meraih medali emas Olimpiade di sektor tunggal.
Indonesia sendiri menjadikan bulutangkis sebagai kekuatan utama untuk meraih keping emas di ajang empat tahunan itu.
Sejauh ini, Indonesia telah memenangkan tujuh medali emas di cabang bulu tangkis.
Baca Juga: Leo/Daniel Penasaran Tantang Penghuni 6 Besar Ganda Putra Dunia
Namun, tidak ada yang menjadi juara di sektor tunggal putra sejak Athena 2004.
Taufik Hidayat, berbagi pengalamannya dengan Olympic Channel sebelum menjalani partai final.
Sebelum partai final, Taufik mengaku susah tidur karena gelisah memikirkan pertandingan finalnya esok hari.
Ada banyak yang dipertaruhkan bagi bangsa, karena ia adalah satu-satunya pemain bulu tangkis, dan hanya atlet Indonesia yang tersisa untuk berkompetisi di Athena, yang berhasil mencapai final.
“Saya tidak bisa tidur banyak sebelum pertandingan, Saya hanya tidur selama dua atau tiga jam," ucap Taufik dilansir SportFEAT.com dari Olympic Channel.
“Ganda putra dan ganda campuran sudah kalah, tidak ada lagi harapan dari cabor lain. Kesempatan terakhir untuk meraih medali emas adalah dari bulu tangkis,” lanjutnya
Baca Juga: Ganda Putra Terbaik Malaysia Gagal Ketemu Marcus/Kevin di All England Open 2021
Sehari sebelumnya, setelah Taufik mengamankan tiket final, ia menyaksikan rekan senegaranya dan unggulan kedelapan Sony Dwi Koncoro menghadapi Shon Seung-mo di semifinal lainnya.
Sebagai orang Indonesia, Taufik tentu ingin All Indonesian Final agar yakin gelar emas jatuh ke tangan Indonesia.
Baca Juga: Alasan Anthony Ginting dan 2 Wakil Indonesia Ditarik Mundur dari Swiss Open 2021
Namun, Shon memupus harapan tersebut dan malam tanpa tidur pun terjadi untuk Taufik.
Di laga final, Taufik tampil buruk di awal pertandingan gim pertama bahkan tertinggal 0-6. Sebagai informasi, saat itu sistem poin masih menggunakan pindah servis.
Taufik menceritakan bagaimana gugupnya dia di laga final itu hingga membuat tangannya gemetar dan bertanya kepada pelatihnya.
"Bagaimana saya bisa mengatasi perasaan gugup ini? Saya tidak bisa bermain," ujar Taufik mengenang.
Namun, seiring berjalannya pertandingan, Shon gagal memanfaatkan sepenuhnya kelemahan lawannya dan Hidayat perlahan mulai mengumpulkan poin dan kembali ke permainan terbaiknya.
Baca Juga: Mirip Jonatan Christie, Tunggal Putra Nomor 1 Malaysia Terancam Tak Dikirim ke Tur Eropa
Ini adalah kali kedua Indonesia mengklaim gelar dari sektor tunggal putra sejak Alan Budikusuma memenangkan medali emas perdana saat bulu tangkis memulai debutnya di Barcelona 1992.
“Ketika saya berkomitmen untuk menjadi seorang atlet, saya mengesampingkan segalanya, keluarga dan teman-teman saya,” ucap Taufik.
Itu adalah bukti pengorbanan besar Taufik Hidayat dalam hidupnya sebagai atlet untuk menjadi pemain terbaik di dunia.
Baca Juga: Leo/Daniel Ungkap Alasan Tak Lagi Main Rangkap di Ganda Campuran
"Saya hanya fokus pada latihan dan turnamen, dan mendapatkan hasil yang bagus, Saya mengorbankan segalanya untuk negara saya," pungkasnya.
View this post on Instagram
Source | : | Olympic Channel |
Penulis | : | Bagas Dadiraka |
Editor | : | Nuranda Indrajaya |