SportFEAT.com – Bos Ducati, Paolo Ciabatti membeberkan faktor penyebab kecelakaan hingga menelan korban jiwa di MotoGP karena faktor dinamika lanjutan.
Kejuaraan Dunia MotoGP 2021 tercatat dua kali menciptakan rekor kecepatan tertinggi (top speed).
Rekor tersebut pertama kali dicetak oleh Johann Zarco (Pramac Racing), saat menjalani FP4 (latihan bebas) di MotoGP Qatar 2021 dengan kecepatan 362,4 km/jam.
Selang dua bulan kemudian, Brad Binder (Red Bull KTM) menyamai rekor kecepatan Zarco pada FP3 MotoGP Italia 2021.
Baca Juga: Manajer Repsol Honda Ngamuk Marc Marquez Jadi Hujatan Netizen, Ternyata Ini Alasannya
Setelah beberapa rekor top speed pecah di MotoGP 2021, enam tim pabrikan melakukan diskusi untuk penyesuaian beberapa komponen.
Keenam pabrikan setuju untuk melakukan penyesuaian dengan sejumlah regulasi teknik yang mendukung agar anggaran tetap terkontrol. Akan tetapi, pengurangan kapasitas mesin tidak masuk dalam agenda diskusi.
Kapasitas tangki juga harus dikurangi lagi secara bertahap dari 22, 21, dan 20 liter serta menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Sebagian besar pabrikan tak setuju dengan beberapa ide. Mereka yang sudah terbiasa menang dengan regulasi saat ini, tentu ingin mempertahankan status quo.
Namun, sejumlah pabrikan tetap sepakat agar top speed MotoGP harus dikurangi karena berbahaya bagi pembalap.
Insiden kecelakaan yang menyebabkan pembalap Moto3 Jason Dupasquier di Sirkuit Mugello menjadi faktor utama.
Baca Juga: Johann Zarco Bocorkan Satu Keuntungan Jika Valentino Rossi Sudi Gabung Ducati
Direktur Olahraga Ducati Corse, Paolo Ciabatti menyebut bahwa faktor penyebab tewasnya pembalap bukan karena kecepatan.
Ciabatti menyebut bahwa dinamika lanjutan setelah insiden kecelakaanlah yang membuat banyak korban jiwa di arena balap.
Itulah yang terjadi pada Shoya Tomizawa di Moto2 San Marino 2010, Marco Simoncelli di MotoGP Malaysia 2011, dan Dupasquier.
Baca Juga: Harapan Orang Nomor Satu LCR Honda untuk Alex Marquez dan Takaaki Nakagami di Sisa MotoGP 2021
“Jika Anda mencermati kecelakaan di Mugello lalu, itu terjadi pada motor yang sangat kecil, bukan motor yang memiliki kecepatan sangat tinggi,” ucap Paolo Ciabatti dilansir SportFEAT.com dari Speedweek.
“Menurut saya, bahaya kecelakaan datang dari dinamika yang muncul saat insiden terjadi. Kecepatan bukanlah faktor penentu.”
“Kecelakaan serius terjadi saat pembalap jatuh dan mereka yang di belakangnya tidak dapat menghindar. Semua orang tahu bahwa tabrakan dengan tubuh manusia bisa berakibat fatal bahkan pada kecepatan 50 atau 60 km/jam," sambung pria Italia itu.
“Gaya inersia (kelembaman) pada sepeda motor dengan berat lebih dari 200 kg memiliki efek yang kuat dan dapat menyebabkan banyak kerusakan. Bahkan pada kecepatan rendah,” tambah Ciabatti.
Lebih lanjut, menurut Ciabatti, mengurangi kecepatan tak akan mampu membantu untuk mengurangi angka kecelakaan ataupun kematian.
Bos Ducati itu mengatakan resiko korban jiwa jauh lebih tinggi di kelas Moto3 yang memiliki kecepatan rendah.
Tapi di kelas Moto3 sangat beresiko karena para pembalapnya sangat berdekatan.
Baca Juga: Suzuki Ecstar Memble di MotoGP 2021 Bukan karena Ulah Davide Brivio, Begini Kata Si Juara Dunia
“Bahayanya tidak terlalu berkaitan dengan performa mesin atau kecepatan tertinggi dibandingkan dengan dinamika tertentu yang tidak dapat dihindari dalam balap motor,” ujar Paolo Ciabatti.
“Menurut pendapat saya, bahaya di balapan Moto3 lebih tinggi ketika 20 pembalap berkendara berdekatan. Itu bisa dilihat dengan jelas lagi di lap-lap terakhir di GP Catalunya.”
“Ketika para pebalap berebut wheel-to-wheel dengan sangat dekat dan semua motor berperforma sama, itu berbahaya," pungkas bos Ducati itu.
View this post on Instagram
Penulis | : | Bagas Dadiraka |
Editor | : | Nuranda Indrajaya |