SportFEAT.com - Efek domino kekalahan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di perempat final Olimpiade Tokyo 2020 merambah ke pembenahan sektor ganda campuran pelatnas Indonesia.
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti harus mengakhiri perjalanan mereka di Olimpiade Tokyo 2020 lebih cepat.
Mereka kandas di babak delapan besar usai menelan kekalahan dari unggulan teratas, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong asal China.
Praveen/Melati yang berstatus unggulan keempat di Olimpiade Tokyo 2020 itu takluk dalam permainan straight game, 17-21, 15-21.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - Kesalahan dan Kelemahan Praveen/Melati yang Dimanfaatkan Pasangan China
Tumbangnya Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di babak perempat final Olimpiade Tokyo 2020 kini berefek pada beberapa hal.
Hal pertama adalah tentang kelemahan Praveen/Melati.
Titik lemah Praveen/Melati kini perlahan terbongkar seiring permainan mereka yang kurang 'greget' sejak babak penyisihan grup.
Praveen/Melati sejatinya dikenal sebagai ganda campuran terbaik Indonesia saat ini yang menempati ranking empat dunia.
Mereka juga sudah mengoleksi gelar bergengsi diantaranya All England Open 2020, Denmark Open 2019, French Open 2019 dan medali emas SEA Games 2019.
Hanya saja, penampilan mereka beberapa kali tidak konsisten dan hal ini diakui oleh sang pelatih, Nova Widianto.
Tak cuma masalah inkonsisten, Nova menyoroti bahwa pola permainan Praveen/Melati yang cenderung menggunakan satu pola saja menjadi mudah terbaca lawan.
"Kendala Jordan/Melati itu kan inkonsisten, inkonsisten berasal dari faktor teknis. Mereka hanya punya satu pola permainan saja dan itu sudah terbaca oleh lawan-lawannya," tutur Nova Widianto dilansir Sportfeat dari Badminton Indonesia.
"Ketika (pola) main mereka tidak jalan, kita tidak punya alternatif pola lain," ujar Nova.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - Ganda Putra Malaysia Ketar-ketir Ketemu Marcus/Kevin di Perempat Final
Selain menyoal kelemahan Praveen/Melati, kekalahan mereka juga kini membuat Nova Widianto semakin menyadari bahwa defense pemain putri, khususnya di ganda campuran masih sangat lemah.
Sehingga pemain putri Indonesia sering diincar lawan untuk mendapatkan poin.
"Jujur, harus kita akui pemain putri kita sekarang agak lemah terutama di defense," kata Nova.
"Jadi boleh dibilang peran pemain putra (di ganda campuran) sangat besar, 80:20 (perbandingannya)," imbuh Nova.
Akibat hal ini, Nova dan segenap tim pelatih ganda campuran pun berencana melakukan pembenahan sepulangnya dari Olimpaide Tokyo 2020.
"Ini yang akan kita coba benahi. Bukan hanya untuk Jordan/Melati, tapi semua pemain," tegas Nova.
"Perkuat defense untuk pemain putri dan perkaya pola permainan. Jadi tidak terpaku dengan pola yang itu-itu saja. Kami ingin nanti porsinya jadi 60:40. 60 untuk putra dan 40 untuk putri," kata eks ganda campuran nomor satu dunia itu.
"Tapi kembali lagi, program ini juga harus didukung dari individu masing-masing. Ini PR di ganda campuran," pungkas Nova Widianto.
Source | : | Badminton Indonesia |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |