SportFEAT.com - Meski Indonesia berhasil melanjutkan tradisi emas Olimpiade berkat kemenangan Greysia/Apriyani, kegagalan ganda campuran Praveen/Melati masih tak luput dari sorotan.
Kemenangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020, membuat Indonesia menjaga tradisi emas di ajang empat tahunan itu.
Greysia Polii/Apriyani Rahayu juga akhirnya melengkapi koleksi medali Olimpiade bulu tangkis Indonesia di lima nomor.
Mereka menjadi ganda putri pertama Indonesia yang akhirnya merebut medali emas Olimpiade.
Baca Juga: Modal Rp200.000 yang Kini Berbuah Medali Emas dari Apriyani Rahayu
Meski estafet emas Indonesia terjaga, namun hal-hal lain dari kejadian di Olimpiade Tokyo 2020 masih tak luput dari sorotan.
Adalah legenda ganda campuran Indonesia, Imelda Wiguna yang masih menyayangkan kegagalan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti saat ini adalah ganda campuran terbaik Indonesia yang berperingkat keempat dunia.
Mereka juga menempati unggulan keempat di Olimpiade Tokyo 2020.
Namun, Praveen/Melati harus gigit jari gagal membawa medali apapun dari ajang prestisius itu lantaran sudah tersingkir di babak perempat final.
Juara All England 2020 kandas di tangan pasangan China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dalam dua gim langsung, 17-21, 15-21.
Baca Juga: Kandidat Pengganti Greysia Polii yang Berpotensi Jadi Pasangan Baru Apriyani Rahayu
Imelda Wiguna sedikit menyentil kegagalan Praveen/Melati itu dengan berandai-andai jika Liliyana Natsir masih belum pensiun.
"Sampai kemarin itu, jujur saja setelah melihat Jordan/Melati bermain (lalu kalah), sempat berpikir kalau begini lebih baik melihat Butet (Liliyana) main lagi ya kan," ucap Imelda yang berhasil menjadi Juara Dunia 1980 bersama Christian Hadinata itu, dikutip Sportfeat dari Bolasport.
Kekalahahan Praveen/Melati di Olimpaide Tokyo 2020 memang menjadi evaluasi besar bagi ganda campuran Indonesia.
Selain gagal melanjutkan kesuksesan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang meraih emas di Olimpiade Rio 2016, hasil tersebut juga menunjukkan masih rapuhnya duet Praveen/Melati.
Entah karena gugup dan beban yang berat mentas di ajang sekelas Olimpiade, penampilan underperform Praveen/Melati sudah terendus sejak penyisihan grup.
Mereka sempat kecolongan gim tatkala melawan pasangan non-unggulan asal Australia, Simon Wing Leung/Gronya Somerville.
Asisten pelatih ganda campuran PBSI, Nova Widianto mengakui akan ada tantangan lebih besar selepas mereka pulang dari Olimpiade Tokyo 2020.
Setelah Olimpiade Tokyo 2020, masih ada beberapa turnamen besar yang masih menjadi misi untuk Praveen/Melati.
"Setelah ini Jordan/Melati akan kami fokuskan untuk turnamen-turnamen berikutnya," kata Nova Widianto dikutip Sportfeat dari Badminton Indonesia.
Hanya saja, Nova Widianto yang juga mendampingi Praveen/Melati dari pinggir lapangan sepanjang laga mereka di kompetisi multiajang olahraga empat tahunan itu mengkhawatirkan kondisi psikologis Praveen/Melati.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 – Curahan Hati Chen Long usai Gagal Pertahankan Medali Emas
"Tetapi itu akan menjadi tantangan."
"Karena sepengalaman saya, setelah Olimpiade yang penantiannya panjang lalu hasilnya kurang memuaskan, mental dan semangat pemain bisa drop," ucap Nova yang pernah meraih medali perak Olimpiade Beijing 2008 itu.
"Itu yang saya alami dulu. Tapi semoga ini tidak terjadi pada mereka," kata Nova lagi.
Source | : | BolaSport.com |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |