Adapun alasan yang kedua adalah para pemain pelapis yang masih minim jam terbang.
Meski secara kondisi jauh lebih bugar karena tak main di Sudirman Cup 2020 maupun Thomas dan Uber Cup 2020, para pemain pelapis ini masih butuh banyak pengalaman bertanding di turnamen BWF World Tour apalagi sekelas Super 1000.
“Pemain pelapis yang baru main di level Super 1000 beberapa ada yang menunjukkan permainan yang baik,” tutur Aryono Miranat.
“Hanya saja, faktor pengalaman bertanding yang masih kurang, mereka pada poin-poin akhir sering terburu-buru dan banyak melakukan kesalahan sendiri," lanjut pengurus PBSI itu.
Baca Juga: Denmark Open 2021 - Meski Kalah, Fikri/Bagas Dapat Pujian Begini dari Pelatih Herry IP
Kendati demikian, Aryono Miranat cukup senang karena para pemain pelapis seperti Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana (ganda putra), hingga Adnan Maulana/Mychelle Chrystine Bandaso (ganda campuran) mendapat pengalaman berharga di Denmark Open 2021.
"Walaupun kalah, hal itu tetap ada sisi positifnya bagi mereka untuk bisa menambah jam terbang dan pengalaman, karena kalahnya oleh pemain-pemain top level dunia," ucap Aryono Miranat.
View this post on Instagram
Source | : | Antara |
Penulis | : | Bagas Dadiraka |
Editor | : | Nestri Yuniardi |