SportFEAT.com – Aryono Miranat membeberkan dua alasan yang membuat Indonesia gagal mencuri satu pun gelar di Denmark Open 2021.
Indonesia dipastikan pulang dengan tangan hampa usai tak memiliki satu pun wakil di babak final Denmark Open 2021.
Padahal, tim Merah Putih membawa 19 wakil terbaiknya untuk menggondor gelar BWF Super 1000 tersebut.
Dimulai dari Anthony Sinisuka Ginting (tunggal putra), hingga Greysia Polii/Apriyani Rahayu (ganda putri) ikut tampil dalam pertandingan yang digelar di Odense Sports Park itu.
Baca Juga: Putri KW Juarai Czech Open 2021, Tumbangkan Wakil Malaysia dengan Skor Telak
Namun, babak semifinal menjadi langkah terjauh yang mampu diraih oleh wakil Indonesia di Denmark Open 2021.
Pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, dan pemain tunggal putra yakni Tommy Sugiarto menjadi dua wakil terakhir yang nyaris tembus ke partai puncak.
Asisten pelatih ganda putra PP PBSI sekaligus manajer tim di Denmark Open 2021, Aryono Miranat pun menyoroti kegagalan wakil Indonesia yang gagal memetik satu pun gelar.
Aryono Miranat mengaku, setidaknya ada dua alasan yang membuat wakil terbaik Indonesia gagal mempersembahkan gelar Denmark Open 2021.
Pertama, beberapa pemain sudah kehabisan bensin mengingat sudah tempur habis-habisan di Sudirman Cup 2021, dan Thomas & Uber Cup 2020.
"Sebelumnya pemain sudah tampil di ajang Piala Sudirman di Finlandia dan Piala Thomas-Uber di Denmark,” kata Aryono Miranat dilansir SportFEAT.com dari Antara.
“Tenaga dan stamina tidak cukup untuk kembali tampil maksimal di Denmark Open yang juga melibatkan pemain top dunia," sambung Aryono.
Lebih lanjut, beberapa pemain juga mengalami cedera seperti yang dialami oleh Anthony Ginting dan Jonatan Christie.
Kedua pemain itu bahkan telah mengalami cedera saat membawa Indonesia merebut gelar Thomas Cup 2020 lalu.
"Ginting dan Jonatan mengalami cedera yang sebenarnya didapat saat tampil di Piala Thomas sebelumnya,” jelas pria berusia 57 tahun itu.
“Mereka ngotot dan tampil habis-habisan di Piala Thomas karena motivasi untuk juara begitu besar, mengalahkan rasa sakitnya," tambah Aryono Miranat.
Adapun alasan yang kedua adalah para pemain pelapis yang masih minim jam terbang.
Meski secara kondisi jauh lebih bugar karena tak main di Sudirman Cup 2020 maupun Thomas dan Uber Cup 2020, para pemain pelapis ini masih butuh banyak pengalaman bertanding di turnamen BWF World Tour apalagi sekelas Super 1000.
“Pemain pelapis yang baru main di level Super 1000 beberapa ada yang menunjukkan permainan yang baik,” tutur Aryono Miranat.
“Hanya saja, faktor pengalaman bertanding yang masih kurang, mereka pada poin-poin akhir sering terburu-buru dan banyak melakukan kesalahan sendiri," lanjut pengurus PBSI itu.
Baca Juga: Denmark Open 2021 - Meski Kalah, Fikri/Bagas Dapat Pujian Begini dari Pelatih Herry IP
Kendati demikian, Aryono Miranat cukup senang karena para pemain pelapis seperti Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana (ganda putra), hingga Adnan Maulana/Mychelle Chrystine Bandaso (ganda campuran) mendapat pengalaman berharga di Denmark Open 2021.
"Walaupun kalah, hal itu tetap ada sisi positifnya bagi mereka untuk bisa menambah jam terbang dan pengalaman, karena kalahnya oleh pemain-pemain top level dunia," ucap Aryono Miranat.
View this post on Instagram
Source | : | Antara |
Penulis | : | Bagas Dadiraka |
Editor | : | Nestri Yuniardi |