Stoner sedikit menyesal mengapa ia baru tahu mengidap gangguan kecemasan.
Eks pembalap berusia 36 tahun itu berandai-andai, jika mengetahui sejak awal mungkin kecemasan itu akan lebih mudah diatasi.
Gangguan kecemasan yang dialami Stoner cukup mempengaruhi performanya.
Stoner mengungkap ketika kecemasan itu datang, punggungnya terasa seperti terkunci diantara tulang belikat.
Bahkan, punggung saya terasa terkunci kaku di antara tulang belikat," ungkapnya.
"Sekarang saya bisa sangat merasakanya jika kecemasan itu datang, rasanya sungguh tidak nyaman."
Baca Juga: Bawa 8 Pembalap, Ducati Punya 2 Tim Pabrikan dan Yakin Rebut Gelar Juara Dunia MotoGP 2022
"Kalau saja saya mengetahui lebih awal, mungkin saya bisa mengatur karier lebih baik."
Stoner juga mengungkap bahwa akibat gangguan kecemasan itu, ia merasa tak nyaman tiap kali berada di kerumunan.
Bahkan ketika hari balapan sekalipun.
Sebuah ujian yang berat baginya mengingat dia bekerja sebagai pembalap.
"Saya orang yang sedikit tertutup dari orang lain dan media," ungkap Stoner.
"Saya tidak terlalu nyaman. Apalagi di kerumunan, saya tidak pernah nyaman dengan semua itu," ucap Stoner.
"Kemudian hari balapan, selama bertahun-tahun itu sampai dua tahun terakhir saya balapan, semakin bagus performa saya, semakin rasanya ingin mati (karena dikerumuni banyak orang)," ucap dia.
Baca Juga: Sukses Jadi Rookie Terganas di Kelas Para Raja, Jorge Martin Mau Lebih 'Rakus' di MotoGP 2022
Stoner memutuskan pensiun pada akhir musim 2012.
Saat itu ia beralasan ingin fokus dengan keluarga dan pemulihan atas penyakit sindrom kelelahan kronis.
Ia memilih ingin hidup normal seperti anggota keluarga lainnya.
Stoner saat ini menetap di Australia dan menjalankan bisnis pertanian.
Source | : | Autosport |
Penulis | : | Matius Nico Henrikus |
Editor | : | Nestri Yuniardi |