SportFEAT.com - Mantan pembalap MotoGP Casey Stoner mengungkap tentang gangguan kecemasan yang ternyata selama ini menghantui karier balapnya.
Lama tidak terdengar kabarnya, Casey Stoner baru-baru ini membagikan kabar mengejutkan.
Dalam wawancara terbarunya di podcast Gypsy Tales, Casey Stoner mengaku bahwa selama ini dia berperang melawan gangguan kecemasan yang tidak terdeteksi sama sekali sebelumnya.
Selama karir profesionalnya, Casey Stoner sukses menyabet dua kali juara dunia di tahun 2007 dan 2011.
Di tahun 2007, Stoner meraihnya bersama Ducati.
Sedangkan pada 2011, pembalap asal Australia itu menang untuk Repsol Honda.
Stoner yang juga jadi rival satu era Valentino Rossi itu mengungkapkan bahwa baru-baru ini didiagnosis gangguan kecemasan.
Rupanya, hal itulah yang memperparah kondisi kesehatan Stoner saat aktif membalap sebelum pensiun cepat pada 2012 silam.
"Baru-baru ini, saya didiagnosis menderita gangguan kecemasan," ungkap Casey Stoner dikutip Sportfeat dari Autosport.
"Yang mana saya benar-benar tidak tahu apa-apa soal masalah itu sebelumnya," kata dia.
Sebagai informasi, sebelum menyadari tentang gangguan kecemasan ini, Stoner sudah mengidap sindrom kelelahan kronis bertahun-tahun.
Akibat sindrom kekalahan itu, Stoner mudah merasakan letih dan harus banyak istirahat.
Sindrom kelelahan kronis yang ia derita pertama kali menyerang pada 2009 hingga membuatnya absen di tiga seri balapan MotoGP.
Baca Juga: Pembalap Debutan MotoGP 2022 Kesal dengan Casey Stoner, Begini Ceritanya
Stoner sedikit menyesal mengapa ia baru tahu mengidap gangguan kecemasan.
Eks pembalap berusia 36 tahun itu berandai-andai, jika mengetahui sejak awal mungkin kecemasan itu akan lebih mudah diatasi.
Gangguan kecemasan yang dialami Stoner cukup mempengaruhi performanya.
Stoner mengungkap ketika kecemasan itu datang, punggungnya terasa seperti terkunci diantara tulang belikat.
Bahkan, punggung saya terasa terkunci kaku di antara tulang belikat," ungkapnya.
"Sekarang saya bisa sangat merasakanya jika kecemasan itu datang, rasanya sungguh tidak nyaman."
Baca Juga: Bawa 8 Pembalap, Ducati Punya 2 Tim Pabrikan dan Yakin Rebut Gelar Juara Dunia MotoGP 2022
"Kalau saja saya mengetahui lebih awal, mungkin saya bisa mengatur karier lebih baik."
Stoner juga mengungkap bahwa akibat gangguan kecemasan itu, ia merasa tak nyaman tiap kali berada di kerumunan.
Bahkan ketika hari balapan sekalipun.
Sebuah ujian yang berat baginya mengingat dia bekerja sebagai pembalap.
"Saya orang yang sedikit tertutup dari orang lain dan media," ungkap Stoner.
"Saya tidak terlalu nyaman. Apalagi di kerumunan, saya tidak pernah nyaman dengan semua itu," ucap Stoner.
"Kemudian hari balapan, selama bertahun-tahun itu sampai dua tahun terakhir saya balapan, semakin bagus performa saya, semakin rasanya ingin mati (karena dikerumuni banyak orang)," ucap dia.
Baca Juga: Sukses Jadi Rookie Terganas di Kelas Para Raja, Jorge Martin Mau Lebih 'Rakus' di MotoGP 2022
Stoner memutuskan pensiun pada akhir musim 2012.
Saat itu ia beralasan ingin fokus dengan keluarga dan pemulihan atas penyakit sindrom kelelahan kronis.
Ia memilih ingin hidup normal seperti anggota keluarga lainnya.
Stoner saat ini menetap di Australia dan menjalankan bisnis pertanian.
Source | : | Autosport |
Penulis | : | Matius Nico Henrikus |
Editor | : | Nestri Yuniardi |