"Di pers dikatakan bahwa kami tidak akur dan kami tidak berbicara satu sama lain," tukasnya.
Bahkan sebelum seri terakhir musim 2015, Valencia, Lorenzo masih ingat betul bahwa ia memang sengaja semakin menciptakan bola api panas.
Lorenzo bahkan sampai mendekati jurnalis Diario AS, Mela Chercoles, memohon padanya untuk menanyakan sebuah pertanyaan memancing dan spesifik pada konferensi pers sebelum balapan.
"Di bandara, saya mengatakan kepadanya bahwa pada konferensi pers nanti dia (wartawan, red) harus bertanya pada saya, apakah Valentino pantas mendapatkan gelar," kata Lorenzo mengenang.
"Lalu akan saya jawab bahwa ia (Rossi) tidak pantas. Saya ingin menekannya untuk membuatnya merasa rendah diri."
"Saya memang menciptakan persaingan ini melalui pers," aku Lorenzo lagi.
Karakteristik Lorenzo yang haus akan persaingan memang sebenarnya sudah lama dimiliki.
Bahkan ketika ia masih di kelas 125cc, Lorenzo pun sudah pernah bersaing panas dengan Dani Pedrosa pada 2003 silam.
"Saya mencari persaingan seperti ini, karena memiliki musuh (dalam balapan, red) itu memotivasi saya," ungkap Lorenzo.
Meski pernah bersaing panas pada masanya dengan Valentino Rossi ataupun Dani Pedrosa, faktanya hubungan Lorenzo dan keduanya sudah akur.
Lorenzo bahkan sudah sempat mencicipi profesi sebagai test rider Yamaha setelah pensiun, dan berada satu paddock lagi dengan Rossi di musim 2020.
Terlepas dari itu, Lorenzo menyayangkan, di era MotoGP sekarang, tidak ada lagi persaingan sepanas seperti pada masa-masa ia, Rossi, Stoner, dan Pedrosa.
Menurut Lorenzo, pembalap muda sekarang jauh lebih ramah dengan lawan-lawannya.
Itu memang hal bagus, namun menurut Lorenzo, atmosfer kompetisi MotoGP terkadang memerlukan bumbu persaingan panas.
Lorenzo meyakini bahwa penggemar MotoGP pasti banyak yang menyukai perselisihan dan menjauhi keharmonisan.
Dengan adanya persaingan sengit, karakter pembalap pun pasti juga akan lebih kuat.
Source | : | Paddock-GP.com,DAZN.com |
Penulis | : | Nestri Y |
Editor | : | Nestri Y |