Baca Juga: 2 Anak Bau Kencur Borneo FC ini Berhasil Mencuri Hati Mario Gomez
Indeks 101-200 termasuk dalam kategori tidak sehat.
Maka NEA menyarankan warganya untuk tidak beraktivitas di luar ruangan terlalu lama.
Akibat kabut asap itu, beberapa warga Singapura terlihat menggunakan masker. Namun, kondisi belum mengganggu aktivitas sehari-hari.
Sedangkan, panitia penyelenggara Formula 1 Singapura mengatakan ada kemungkinan kabut asap adalah penyebab utama yang menghalangi kelangsungan balapan jet darat tahun ini.
Baca Juga: Liga 1 2019 - Mauricio Leal Kirim Sinyal, Batal Merapat ke Semen Padang?
"Rencana sudah dirumuskan dan didiskusikan dengan stakeholder (pemangku kepentingan -red), pemerintah setempat dan komunitas Formula 1," sebut pihak penyelenggara Formula 1 Singapura.
Penyelenggara Formula 1 Singapura juga menambahkan kabut asap akan berdampak pada jarak pandang, kesehatan masyarkaat dan masalah opersioanl.
Maka, F1 Singapura akan bekerja sama dengan instansi terkait sebelum membuat keputusan mengengai keberlanjutan acara tersebut.
Baca Juga: Soal Insiden Bus Persib Bandung, Omid Nazari: Ini Tidak Bisa Diterima
Sementara itu, Singapura tak sendirian. Negara tetangga Indonesia lainya, Malaysia, saat ini juga terkena imbas atas 'bencana' kabut asap itu.
Kualitas udara di sebagian kota termasuk Kuala Lumpur sudah masuk ke dalam kategori tidak sehat akhir-akhir ini.
Sebelumnya, pada 2015 silam, kejadian seperti ini juga pernah menimpa Negeri Jiran akibat kiriman asap dari Indonesia.
Saat itu, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Malaysia sempat mencapai kategori sangat berbahaya dengan level di atas 300 dan menyebabkan beberapa sekolah terpaksa diliburkan.