Find Us On Social Media :

Kepedihan Masa Lalu Jadi Alasan Virgil van Dijk Ogah Pakai Nama Ayah

Bek tengah Liverpool, Virgil van Dijk, menggigit medali usai Liverpool menjuarai Liga Champions 2018-2019

SportFEAT.COM - Pengalaman pelik masa lalu membuat bek tengah Liverpool FC, Virgil van Dijk, tak mau mengenakan nama belakang di seragamnya.

Virgil van Dijk jadi salah satu pembelian tersukses Liverpool era Juergen Klopp.

Kedatangan Virgil van Dijk ke Liverpool ditandai oleh tuntasnya negosiasi dengan klub lama, Southampton, pada bursa transfer Januari 2018.

Liverpool mesti membayar biaya total yang mencapai 76,19 juta poundsterling (sekitar Rp1,3 triliun) untuk menebus Virgil van Dijk dari Southampton.

Baca Juga: Persebaya Vs Persib - Solusi Lini Depan Bajul Ijo yang Ditinggal Irfan Jaya

Nominal tersebut sempat menjadikan kapten timnas Belanda ini sebagai bek termahal di dunia kala itu.

Penampilan apik dalam dua musim belakangan serta gelar juara Liga Champions musim 2018-2019 menjadi gambaran prestasi si pemain.

Namun, ada satu hal yang mungkin menjadi pertanyaan publik sejak hari pertama Virgil van Dijk menjadi bagian dari The Reds.

Hal itu yakni mengapa pemain 27 tahun tersebut enggan menggunakan nama belakangnya, Van Dijk.

Baca Juga: Bedah Prestasi 15 Tahun Lionel Messi Berkecimpung di Liga Spanyol

Ia justru memakai nama depan, Virgil, sebagai identitas jersey di atas nomor punggung 4-nya bareng Liverpool.

Penggunaan nama 'Virgil' memang sudah ia lakukan sejak membela klub Liga Belanda, Groningen, pada 2011.

Kendati demikian, hal itu tidak lazim dilakukan oleh sebagian besar pemain yang berasal dari Eropa.

Nama depan kerap dipakai oleh pemain Brasil, seperti Neymar, Willian, Alisson, dan Ederson.

Beberapa waktu lalu, paman Virgil van Dijk dari keluarga sang ibu, Steven Fo Sieeuw, mengungkapkan alasan sang keponakan enggan memakai nama dari ayahnya.

Baca Juga: Ngebet Boyong Eriksen, Juventus Siap Tumbalkan Gelandang Gratisan

Fo menilai bahwa keretakan keluarga ada di balik keputusan sang bek tengah membubuhkan 'Virgil' di seragam tandingnya.

Untuk diketahui, Virgil van Dijk lahir dari pernikahan wanita berdarah Suriname, Hellen, dengan pria Belanda, Ron.

"Virgil telah meraih kesuksesan karier di tengah pasang surut dalam keluarganya," kata Steven Fo, seperti dikutip SportFEAT.com dari laman The Sun.

"Ayahnya berpisah dengan sang ibu dan tiga orang anak, termasuk Virgil. Kejadian itu sulit untuk dimaafkan bagi dia."

"Kenyataan yang terjadi adalah si ayah tidak berada di sisinya dalam waktu-waktu yang genting. Sang ibu merupakan pahlawan sejati dalam kisah ini."

"Seseorang tidak akan membuang nama ayahnya tanpa alasan, dan Virgil memiliki landasan yang jelas berkaitan dengan apa yang ia rasakan," tutur Fo menjelaskan.

Baca Juga: Hasil Denmark Open 2019 - Lanjutkan Tren Positif Wakil Indonesia, Fajar/Rian Taklukkan Ganda Putra China

Sang ayah, Ron, dinilai Fo tidak punya andil besar dalam pertumbuhan Virgil.

Meski begitu, Fo tetap tidak menyangkal satu hal baik yang dilakukan Ron kepada Virgil, yakni mengantar dan menjemput sang anak berlatih ke tim sepak bola lokal, WDA 19, di Kota Breda.

Hanya saja, perlakuan Ron itu belum cukup di mata Fo. Apalagi setelah sang pria Belanda benar-benar bercerai dengan Hellen ketika Virgil masih berumur 12 tahun.

"Ron adalah pria yang baik, tetapi seseorang mesti melakukan hal lebih untuk menjadi ayah yang baik," ucap Fo.

"Anda harus berada di samping anak-anak. Ron lantas menikah lagi dan istrinya sangat menyita waktunya. Karena itu, ia jarang terlihat bersama anaknya."

"Saya rasa Virgil seperti terjebak dalam kepelikan," tuturnya pria 41 tahun itu menambahkan.

Fo pun memuji ketabahan Hellen membesarkan Virgil dan dua anaknya yang lain, Jordan serta Jennifer.

"Hellen harus bekerja full-time dan mengurus tiga orang anak setelahnya, jadi ia tak pernah punya waktu untuk dirinya sendiri," tutur Fo.

"Ia menghabiskan waktu setiap hari untuk bekerja lalu pulang untuk mengurus anak-anaknya dan memasak," ucapnya.

Di sisi lain, Ron menyangkal bahwa ia tidak memiliki peran terhadap perkembangan Virgil.

Ia bahkan menyebut bahwa sang ibu hanya memanfaatkan ketenaran bintang Liverpool itu.

"Saya adalah satu-satunya orang yang tahu apa yang membuat Virgil menjadi seperti sekarang," kata Ron.

"Tidak ada satu pun dari pihak ibunya yang peduli dengan Virgil hingga ia menjadi pesepak bola profesional."

"Saya memiliki satu kata kepada ibunya, hal itu adalah uang," ucap Ron lagi.

Baca Juga: Rekap Hasil Sementara Denmark Open 2019 - Hafiz/Gloria Mendapat Perlawanan Alot dari Wakil Kanada

Kehidupan yang sulit tanpa sang ayah membuat Virgil turun tangan untuk bekerja, sekaligus meringankan beban ibunya.

Pada sekitar umur 16 tahun, ia menjadi tukang cuci piring di restoran bernama Oncle Jean di Kota Breda.

Hal itu ia lakukan saat masih menimba ilmu di akademi Willem II, sekitar 11 tahun silam.

"Sebelum saya bergabung (dengan Groningen-red), ketika berusia 15 atau 16 tahun, saya bekerja sebagai pencuci piring di salah satu restoran di Kota Breda," ujar Van Dijk pada Februari 2019, dikutip SportFEAT.com dari laman BBC.

"Saya bekerja karena saya ingin pergi ke kota pada Sabtu malam."

"Waktu itu mungkin saya mendapat upah 350 euro (sekitar Rp5,5 juta) setiap bulan dan saya senang memperolehnya," ujarnya.