Find Us On Social Media :

Resmi Gantung Raket, Li Xue Rui Masih Ingat Momen Pahit Olimpiade 2016

Tunggal putri China, Li Xuerui, usai menang 14-21, 21-13, 21-10 atas peman andalan Korea Selatan, Su

SportFEAT.COM - Mantan pebulu tangkis tunggal putri China, Li Xue Rui menceritakan kembali kisah pahitnya tatkala mengikuti kompetisi Olimpiade Rio 2016.

Li Xue Rui telah memutuskan gantung raket pada Oktober 2019 lalu.

Turnamen terakhir yang diikuti peraih medali emas Olimpiade London 2012 itu adalah Korea Open 2019.

Li Xue Rui sendiri adlah satu dari tiga pebulu tangkis tunggal putri Negeri Tirai Bambu yang berada di masa kejayaan bulu tangkis China.

Di era 2010-2014, tunggal putri China memang begitu luar biasa mendominasi.

Selain Li, ada duo Wang yakni Wang Yi Han dan Wang Shi Xian.

Ketiga pemain itu bahkan sempat berurutan menduduki peringkat 1-3 dunia.

Puncak karier Li ada pada tahun 2011-2014.

Baca Juga: Liu Yu Chen 'Kesulitan' Ikuti Pola Latihan dari Yoo Yong-sung

Baca Juga: Soal Sifat Pemain India, Flandy Limpele: Kadang Mereka Nolak Ide-ide Saya

Setelah berhasil membawa pulang medali emas Olimpiade London 2012, perempuan berusia 28 tahun itu kemudian berhasil menyabet medali perak Kejuaraan Dunia 2013 dan 2014.

Meski masih urung menjadi Juara Dunia, karier bulu tangkis Li sebenarnya saat itu semakin menanjak.

Dia bahkan digadang-gadang untuk kembali meraih emas di Olimpiade Rio 2016.

Akan tetapi, dari perhelatan akbar empat tahunan itulah, mimpi buruk Li terjadi.

Ya, Li Xue Rui mengalami cedera yang cukup fatal, yakni cedera ACL (Anterior Cruciate Ligament) saat melakoni laga semifinal kontra Carolina Marin (Spanyol).

Cedera ACL inilah yang membuatnya harus hiatus dari panggung kompetisi internasional selama dua tahun, sekaligus mengubur impiannya untuk kembali naik podium di Olimpiade 2016.

Baca Juga: Flandy Limpele Yakin Ganda Putra India Bisa Rebut Medali Olimpiade Jika Satu Aspek Ini Dibenahi

Kini setelah resmi menggantungkan raketnya, Li pun masih teringat jelas momen pahitnya kala itu.

"Saya benar-benar tidak tahu apa yang terjadi saat itu," ungkap Li dikutip SportFEAT.com dari Sina Sports.

"Saya tiba-tiba saja tidak bisa bergerak setelah mendaratkan kaki saya sehabis jumping smash,"

"Saya jadi tidak berani menggerakkan kaki saya sama sekali. Dan saya tidak mengira kalau cederanya bakal separah itu," kenang dia.

Keputusan Li untuk menggantungkan raketnya tahun ini sendiir cukup mengejutkan.

Sebab, Li baru saja comeback pada 2018 lalu.

Impian untuk ikut Olimpiade Tokyo 2020 pun diakui Li sebenarnya masih ada.

Akan tetapi, persaingan sengit nomor tunggal putri di era sekarang agaknya membuat Li mulai menyadari peluangnya.

"Kenapa saya baru pensiun setelah tiga tahun cedera? Karena awalnya saya masih ingin tampil pada Olimpiade Tokyo 2020. Jadi saya waktu itu terus berusaha untuk memenuhi tujuan saya tersebut," kata dia.

Comeback Li Xue Rui sebenarnya dipenuhi catatan manis, Tahun 2018 dia meraih empat gelar juara, China Masters 2018, US Open 2018, Canada Open 2018 dan Korea Masters 2018.

Namun pada tahun 2019, level persaingan semakin meningkat membuat Li justru semakin meredup.

Tahun ini dia 'hanya' satu kali menembus babak final, di New Zealand Open 2019. Hasilnya, kala itu Li kalah dari pemain muda asal Korea Selatan, An Se-young.

Baca Juga: Jalani Latihan Khusus, Zheng Si Wei Makin Pede Tatap Olimpiade 2020

Selebihnya, Li kerap tersisih di fase 32 besar.

"Sebenarnya cedera saya sudah sembuh, tapi persaingan di era sekarang membutuhkan pergerakan yang lebih lincah dengan level lebih tinggi, khususnya di bagian kaki," ucap Li.

"Sekarang kemampuan pergerakan kaki saya sudah tidak begitu bagus, jika dibandungkan dengan sebelum cedera, penurunannya sangat drastis," imbuh dia.

Setelah resmi pensiun dari dunia bulu tangkis, Li Xue Rui sendiri masih memiliki harapan mulia yakni mampu membuat bulu tangkis di kampung halamannya, Chongqing, semakin maju.

"Bulu tangkis itu bagian dari hidup saya. Meski sekarang saya tidak lagi bermain, saya berharap saya bisa kembali ke Chongqing dengan membawa efek positif, berkontribusi untuk kemajuan bulu tangkis di Chongqing," ucapnya lagi.

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Shin Tae-yong akan menjalankan proyek jangka panjang bersama PSSI selama empat tahun melatih Timnas Senior, Timnas U-20, dan Timnas U-23. . Pembenahan fisik para pemain pun akan menjadi perhatian utama pelatih berusia 50 tahun itu. . Hwan-yeonghabnida Shin. . #pssi #timnasday #timnasindonesia #gridnetwork

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on