Maiken Fruergaard/Sara Thygesen sendiri bukan lawan sembarangan saat itu.
Ganda putri Denmark tersebut adalah pasangan yang sempat menjegal langkah ganda putri unggulan, khususnya para wakil dari Jepang.
Sebut saja seperti Yuki Fukushima/Sayaka Hirota dan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.
Kejutan kembali nyaris dibuat Fruergaard/Thygesen saat lebih dulu mampu mengantongi gim pertama saat melawan Greysia/Apriyani.
Akan tetapi, di sinilah mental baja dari Greysia/Apriyani teruji.
Mereka mampu bangkit dan akhirnya sukses memenangi laga fenomenal tersebut dengan skor akhir 18-21, 21-11, 23-21.
Satu hal yang menjadi sorotan pada laga tersebut adalah berubahnya pola bermain Greysia/Apriyani.
Jika sebelumnya mereka cukup kerap melancarkan lob serang, pada pertandingan melawan Fruergaard/Thygesen itu Greysia/Apriyani lebih banyak menurunkan bola dan mempercepat tempo permainan.
Perubahan inilah yang tertangkap radar oleh pelatih ganda putri Indonesia, Eng Hian.
Menurut Eng Hian, ada satu perubahan besar yang berhasil ditunjukkan Greysia/Apriyani sepanjang mengikuti dua turnamen di awal tahun 2020 ini.
Perubahan tersebut adalah kemampuan Greysia/Apriyani untuk memangkas reli-reli panjang yang lekat dengan ciri khas permainan ganda putri pada umumnya.
"Dari beberapa turnamen kemarin, Greysia/Apriyani ini masih belum bisa menerapkan pola main yang seperti saya instruksikan. Masih ada keraguan, saya kuat nggak main begitu? Saya bilang kalian harusnya bisa menyelesaikan secepat mungkin, kalau bisa lima sampai sepuluh pukulan, jangan jadi 10 pukulan," terang Eng Hian dikutip SportFEAT.com dari Badminton Indonesia.