"Tapi pola main begini memang butuh akurasi, speed dan power, mereka sudah mau mencoba di Guangzhou (World Tour Finals 2019), tapi karena belum biasa, jadi kedodoran, bukan fisiknya yang kedodoran, tapi fokusnya. Di Malaysia (Masters 2020), sudah bisa, tapi di akhir masih belum konsisten," ucapnya lagi.
Eng Hian juga menegaskan bahwa dalam permainan ganda putri, sebetulnya tidak ada pemain yang mau saling beradu reli panjang menghabiskan durasi dan stamina.
Namun, keterbatasan power yang tidak sama dengan ganda putra memang membuat nomor ganda putri lebih sering melaukan adu reli lebih dulu sebelum mengeksekusi pukulan serangan.
"Sebetulnya di ganda putri itu nggak ada yang mau main durasi, pemainnya juga sebenarnya nggak mau, tapi kan power dan speed-nya beda dengan laki-laki," jelas Eng Hian.
"Bagaimana bisa menyamakan dengan pola laki-laki, tapi kan keterbatasan fisik, memang kami harapkan lima pukulan selesai, 20 menit selesai, ternyata jadi 20 menit dikali empat," imbuh pelatih yang akrab disapa koh Didi itu.
Baca Juga: Isi Waktu Luang, Sprinter Andalan Indonesia Ini Lakukan Hal Terduga
Pada sisi lain, Eng Hian turut mengapresiasi keberhasilan Greysia/Apriyani dalam dua turnamen awal tahun ini.
Bukan hanya karena titel kampiun Indonesia Masters 2020 kemarin, tapi juga karena tekad besar mereka untuk bangkit dari keterpurukan sepanjang 2019 lalu.
"Kemarin di DIM, bukannya karena juara lalu saya bilang jadi bagus, enggak begitu. Tapi memang mereka lebih mau maksa, jadi tuan rumah, nggak ada capeknya, mungkin ini membantu," kata Eng Hian.
"Jadi mainnya yang bisa main lima pukulan, ya dimatikan lima pukulan, nggak ada durasi lagi, tapi itu kan efektif," ucap dia lagi.
(*)