Sebelum Andi Gilang, juga ada Dimas Ekky yang tahun 2019 lalu terjun di Moto2. Tetapi penampilannya juga masih belum memuaskan.
Sementara itu, rekan setim Andi Gilang yang berasal dari Thailand, Somkiat Chantra, performanya juga masih belum konsisten mencetak poin.
Baca Juga: Gagal Juara Dunia MotoGP 2020, Bos Yamaha Semprot Valentino Rossi dan 3 Pembalap Lainnya
Lain halnya dengan pembalap Asia dari Jepang, banyak yang sudah mentas dan menembus kelas utama MotoGP.
Hal ini pun lantas memunculkan pertanyaan mengapa pembalap Indonesia dan beberapa wilayah di Asia Tenggara cenderung sulit menembus level atas, jika dibandingkan pembalap Jepang.
Padahal, sama-sama berasal dari Asia, bukan Eropa yang memang banyak melahirkan pembalap top dunia.
Manajer Honda Team Asia, Hiroshi Aoyama, lantas memberikan penjelasan di balik fenomena itu.
Aoyama menyatakan, berdasarkan analisisnya, ada satu faktor kuat berlatar belakang budaya, yang sangat membedakan antara pembalap Indonesia atau ASEAN dengan pembalap Jepang.
"Banyak perbedaan cara belajar dalam membina pembalap dari berbagai negara di Asia, seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Jepang," tutur Aoyama dikutip SportFEAT dari Otorace.
Baca Juga: Motor Yamaha M1 Milik Valentino Rossi Bikin Gemetaran Pembalap Superbike Ini
"Kalau berdasarkan pengalaman saya dan juga mengenal pembalap muda dari seluruh Asia, pembalap Jepang itu jauh lebih independen dan sangat mandiri," katanya.
"Sedangkan Indonesia, Thailand, dan Malaysia sangat kekeluargaan, sehingga mereka mudah rindu dengan keluarga. Itu yang membuat kami sulit (beradaptasi atau belajar) dalam 5 bulan karena sulit konsentrasi," tambahnya.