SportFEAT.com - Meski tahu perjuangan Gregoria Mariska Tunjung di Olimpiade Tokyo 2020 akan berat, Susy Susanti punya pemikiran lain.
Gregoria Mariska Tunjung menjadi satu-satunya wakil tunggal putri Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020.
Ini akan menjadi debut Gregoria di ajang multievent empat tahunan tersebut.
Pemain 21 tahun itu berhasil lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 setelah menempati peringkat ke-15 Race to Tokyo yang menjadi periode kualifikasi.
Tentu sebuah kebanggaan bagi Gregoria di usianya yang masih muda mampu menjadi tunggal putri yang mewakili Merah Putih di ajang sekelas Olimpiade.
Baca Juga: Kekuasaan Indonesia di Ganda Putra Bikin China Keki pada Olimpiade Tokyo 2020
Namun, di samping itu tantangan berat sudah menanti Gregoria.
Jika lolos fase grup, Gregoria berpotensi besar bakal langsung berhadapan dengan tunggal putri peringkat lima dunia, Ratchanok Intanon.
Pemain asal Wonogiri itu sudah berulang kali bertemu Intanon, namun hasilnya masih harus berakhir kekalahan.
Legenda tunggal putri Indonesia sekaligus peraih medali emas Olimpiae Barcelona 1992, Susy Susanti sangat paham betul jalan Gregoria akan terjal di Tokyo 2020.
"Memang melihat dari prestasi terakhir, mungkin setahun belakangan Jorji kurang pertandingannya. Performanya kalau saya lihat belum bisa teruji," tutur Susy Susanti dilansir Sportfeat dari Kompas.com
"Waktu dia juara dunia junior 2017 sebetulnya saya berharap. Lalu, pada 2018, performa Jorji sedang tinggi-tingginya. Dia bisa mengalahkan dan menyulitkan beberapa pemain elite dunia. Dia juga sempat juara (di Finlandia Open 2018)," ucapnya.
"Namun, belakangan saya melihat dia seperti stuck. Setelah tahun 2019 itu, dia agak kurang. Bukan menurun, melainkan seperti itu saja performa-nya. Dia sudah nyaris menang, tetapi tidak berhasil," imbuh Susy lagi.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 – Jadi Tuan Rumah, Skuad Bulu Tangkis Jepang Tersandung Kendala
Performa Gregoria dalam dua tahun belakangan memang sering berakhir 'nyaris menang'.
Termasuk melawan pemain-pemain top dunia. Gregoria sering mampu melawan di pawal gim, namun kendur di akhir gim atau pada gim penentuan.
Meski demikian, Susy Susanti masih menaruh harapan pada Gregoria.
Bagi Susy yang sudah kenyang asam garam bulu tangkis apalagi sekelas Olimpiade, segala sesua bisa terjadi asalkan berusaha semaksimal mungkin.
"Di Olimpiade, segala sesuatu bisa terjadi. Jadi, bagaimana kondisi terakhir nanti. Memang kalau dilihat dari prestasi mungkin sedikit berat," kata Susy.
"Akan tetapi, kami berharap Olimpiade bisa membangkitkan semangat Jorji dan paling tidak bisa meraih medali. Kalau dilihat dari hitung-hitungannya, Jorji sebagai kuda hitam di sana," ujarnya.
"Semoga itu memacu Jorji untuk bisa termotivasi dan bermain terbaik. Justru karena dia tanpa beban itu akan lebih bagus," tutur Susy Susanti.
Gregoria sendiri bukan tidak menyadari penampilannya yang masih stuck.
Dia terus mengevaluasi diri. Dalam persiapannya menuju Olimpiade Tokyo 2020, Gregoria lebih banyak mengendalikan aspek mental.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - H-5, Ahsan/Hendra Kendalikan Aspek Psikologis
"Di sisi nonteknis, mulai tahun ini saya mencoba untuk konsultasi ke psikolog. Karena masalahnya kan mindset, kalau bisa dbilang saya sudah lumayan lama seperti ini," aku Gregoria.
"Dari tahun 2019 masih begitu-begitu saja masalahnya. Unggul jauh, terkejar lalu kalah."
"Jadi saya merasa perlu ada orang yang bisa pelan-pelan mengubah mindset itu dan membuat saya kembali percaya diri," kata Gregoria lagi.
Cabang olahraga bulu tangkis di Olimpiade Tokyo 2020 akan bergulir pada 24 Juli 2021 hingga 2 Agustus 2021.