SportFEAT.COM - Johann Zarco masih belum bisa melupakaan kegagalannya di tim Red Bull KTM yang dianggapnya sebagai buah dari kesalahan mantan manajer, Laurent Fellon.
Johann Zarco menjadi salah satu pembalap yang sukses mencuri perhatian karena keputusan kontroversialnya pada tahun lalu.
Secara sepihak, Johann Zarco menyatakan keputusannya untuk hengkang dari tim Red Bull KTM meski ia masih terikat kontrak.
Satu hal menarik dari kabar tersebut adalah, pihak Red Bull KTM sendiri merestui opsi yang diambil Zarco. Mereka sama sekali tak memperlihatkan gelagat untuk mempertahankan Zarco.
Bahkan, Red Bull KTM justru mempersilakan Zarco jika ingin 'pindah' ke tim lain. Nasib Zarco pun saat itu sempat luntang-lantung karena ia sama sekali tak memiliki penawaran dari tim lain.
Retaknya hubungan Johann Zarco dengan KTM memang sudah terendus lama sejak ia pertama kali memperkuat tim pabrikan Austria itu.
Performa pembalap Prancis itu sendiri disinyalir jadi alasan utama.
Selama bergabung dengan KTM, penampilan Zarco memang tidak memuaskan. Dia 'hanya' mampu tampil terbaik di GP Catalunya 2019 dengan finis di urutan ke-10.
Selebihnya, Zarco selalu tercecer di barisan terakhir. Keberadaannya di KTM pun seolah tertutupi oleh bayang-bayang pembalap KTM lain seperti Pol Espargaro dan rookie Miguel Oliveira.
Baca Juga: Meniru Gaya Balapan Marc Marquez adalah Hal yang Tak Mungkin bagi Danilo Petrucci
Pencapaian ini tentu amat berbeda dari apa yang ditorehkan Zarco saat masih berhelm Tech3 Yamaha.
Dua tahun bersama Tech3 Yamaha (2017-2018), Zarco berhasil konsisten bertengger di posisi keenam dalam klasemen akhir pembalap kelas utama.
Dia juga berhasil membukukan empat kali pole position dan meraih empat gelar runner-up. Empat titel runner-up itu didapat dari GP Prnacis 2017, GP Valencia 2017, GP Argentina 2018 dan GP Spanyol 2018.
Prestasi apik Johann Zarco tersebut kini perlahan harus memudar setelah dia mengaku tak memiliki kecocokan dengan motor RC16 dari KTM.
Seperti dilansir SportFEAT.com dari Speedweek, Zarco merasa sama sekali tidak nyaman dengan RC16. Terutama saat melewati setiap tikungan lintasan.
Aspek mesin RC16 juga dirasanya terlalu berbeda dan lebih sulit dikendalikan dibandingkan M1 milik Yamaha.
Setidaknya ada tiga aspek motor RC16 yang cukup menyulitkannya, yakni mesin V4, rangka chassis baja dan WP suspension.
Ketiga aspek itu berbeda dari M1 Yamaha yang menggunakan mesin in-line-four-clynder, chassis aluminium dan Ohlins suspension.
"Saya sangat membutuhkan kenyamanan dalam berkendara, terutama soal kecepatan menikung di lintasan," kata Zarco.
"Sayangnya justru hal inilah yang menjadi kelemahan dari motor KTM," imbuhnya.
Namun demikian, ketidakcocokan dengan motor KTM bukan menjadi hal utama yang dikeluhkan Zarco.
Pembalap yang pernah menyabet penghargaan Rookie of the Year 2017 itu justru menyoroti soal sikap mantan manajernya, Laurent Fellon.
Menurutnya, Laurent Fellon memiliki andil besar dalam kegagalannya di KTM.
Zarco menyebutkan, dirinya terlalu mempercayai sang mantan manajer dan cenderung membuat keputusan tergesa-gesa saat penandatangan kontrak dengan KTM.
"Saya harus bilang bahwa penandatanganan dengan KTM sebenarnya bukan pilihan saya sendiri," ucap Zarco.
"Mantan manajer saya, sangat ambisius dan menyuruh saya untuk segera menandatangani kontrak dengan KTM. Saya terlalu mempercayainya,"
"Dan sepertinya rasa terlalu percaya itu membuat saya akhirnya jadi tergesa-gesa mengiyakan kepindahan saya," imbuhnya.
Saat ini, Johann Zarco sendiri sudah resmi bergabung dengan tim lain yakni Reale Avintia, yang sekarang sudah menjadi tim satelit Ducati.
Usai memiliki tim anyar untuknya bernaung, Zarco optimistis mampu kembali meramaikan jajaran 10 besar pada MotoGP 2020.
(*)
Source | : | Speedweek.com |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |