SportFEAT.COM - Wacana perubahan sistem skor BWF membawa Hendrawan mengenang kembali sebuah mimpi buruk yang terjadi semasa ia masih aktif bermain.
Adanya wacana perubahan sistem skor membuat Hendrawan kembali mengingat masa lalunya saat masih aktif bermain di nomor tunggal putra.
Hendrawan yang kini berstatus sebagai pelatih tunggal putra Malaysia tersebut rupanya punya kisah masa lalu yang berkaitan dengan perubahan sistem skor BWF
Wacana perubahan sistem skor BWF memang bisa jadi tak sekadar isapan jempol belaka.
Baca Juga: Tipe Pemain yang Diprediksi Paling Cocok dengan Wacana Perubahan Sistem Skor BWF
Pasalnya, dalam dua tahun belakangan ini BWF terus getol menggaungkan sistem perubahan skor baru yakni dari 21x3 menjadi 11x5.
Presiden BWF Poul-Erik Hoyer Larsen adalah sosok terdepan yang terus berusaha agar perubahan sistem skor 11x5 bisa diterima banyak pihak.
Menurut Poul-Erik Hoyer Larsen, perubahan sistem skor tersebut bisa meningkatkan kelas bulu tangkis di kancaha internasional dan sebagai bentuk penyegaran olahraga tepok bulu angsa tersebut.
Berbicara mengenai perubahan sistem skor, Hendrawan sendiri ternyata pernah menjadi salah satu mantan pemain yang sempat merasakannya.
Hendrawan yang aktif bermain di era 1990-2000an sempat menglami era perubahan sistem skor dari sistem skor 15x3 menjadi 7x5.
Hendrawan sebenarnya punya memori manis dengan sistem skor 7x5, yang ia dapat ketika menjadi penentu kemenangan tim Thomas Indonesia atas Malaysia pada 2002.
Kala itu, pelatih 47 tahun itu menang atas Roslin dengan skor 8-7, 7-2, 7-1.
"Kemenangan tersebut masih sangat saya ingat, itu bukan hanya kemenangan ketiga bagi saya (di tim Thomas) tapi juga kelima secara beruntun bagi Indonesia," ujar Hendrawan dilansir SportFEAT.com dari The Star.
Baca Juga: Di Balik Kharismanya yang Kuat, Lee Yong-dae Ternyata Masih Belum Punya Dua Gelar Besar Ini
Namun demikian, peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 itu justru mengungkap bahwa pada saat itu, ia cukup kesulitan dengan sistem skor yang berubah demikian.
Bahkan, perubahan sistem skor tersebut seolah mengiringi jatuhnya karier bulu tangkis Hendrawan.
"Secara keseluruhan, tahun tersebut bukan tahun yang bagus bagi saya. Format sistem skor baru adalah penyebab karier saya mulai turun," kata Hendrawan.
"Saya berusaha mempertahankan top form saya sejak memenangi Kejuaraan Dunia 2001, tapi setelah itu justru rasanya seperti kacau balau,"
"Saya masih ingat betul, saya mengalami kesulitan di tahun-tahun itu. Saya bahkan susah sekali untuk menembus babak perempat final di setiap turnamen. Dan akibatnya, peringkat saya turun drastis dari peringkat satu dunia jadi peringkat ke-70,"
"Sejak saat itu performa saya terus menurun dan hal itu pun juga memupus harapan saya untuk lolos ke Olimpiade Athena 2004," imbuhnya.
Di sisi lain, Hendrawan sendiri yakin apabila sistem skor 11x5 benar akan diterapkan di era sekarang, pasti akan ada beberapa kejutan besar.
Sebab dengan sistem skor 11x5, para pemain memang dituntut untuk langsung tampil tancap gas di awal pertandingan.
Tidak seperti format 21x3 yang memiliki jeda interval di angka 11.
"Jika hal itu diterapkan, kita akan melihat banyak sekali perubahan besar. Akan ada banyak hasil mengejutkan, misalnya para pemain baru yang bisa menemukan jalan mereka untuk naik ke level atas," pungkas Hendrawan.
(*)
Source | : | the star |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |