Pasalnya, pekerjaan sang ayah sebagai nelayan ia rasa tidak cukup untuk membiayainya ke sekolah balap atau mendaftar ke barbagai kejuaraan balap sebelum akhirnya berhasil dilirik KTM Ajo.
"Saya sebenarnya tidak suka sama sekali dengan motor," ucap Acosta dikutip Sportfeat dari Paddock-GP.
Sejak kecil, Pedro Acosta awalnya tidak suka balapan. Ayahnya-lah, yang berprofesi sebagai nelayan, yang sangat tergila-gila pada dunia balap dan mengangumi legenda MotoGP Kevin Schwantz.
Acosta pernah mengenyam pendidikan akademi balap milik teman ayahnya. Namun saat hari pertama latihan, ia menjadi pembalap paling lelet alias sangat lambat yang membuat dia sering menangis.
Namun siapa sangka, perlahan Acosta mulai bersinar.
Menjajaki ajang CEV hingga Rookies Cup berkat uluran tangan KTM, ia kini bisa benar-benar debut di ajang MotoGP di kelas Moto3 hingga muncul julukan si Bocah Ajaib.
"Waktu itu saya yang paling terakhir. Saya sering menangis tetapi kemunduran itu yang membuat saya ingin balas dendam dan ingin berubah menjadi yang tercepat," ungkap Pedro Acosta dikutip Sportfeat dari Moto.it.
"Saya cukup beruntung tidak perlu mengeluarkan biaya (ikut CEV dan Rookies Cup). Karena jika mengandalkan penghasilan ayah saya sebagai nelayan, kami tidak akan mampu sampai sejauh ini," kenang rider asal Spanyol itu.
Source | : | Paddock-GP.com,Moto.it,Motosan.es |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |