SportFEAT.com - Si bocah ajaib dari Moto3, Pedro Acosta dinilai memiliki satu perbedaan signifikan yang membuatnya terus lapar juara.
Pembalap Red Bull KTM Ajo di Moto3, Pedro Acosta musim ini berhasil mencuri perhatian.
Pedro Acosta sejatinya baru debut di Moto3 2021.
Namun pembalap berusia 17 tahun itu sudah langsung mencuri hati para penggemar balap motor di ajang MotoGP.
Pedro Acosta tampil begitu luar biasa di musim debutnya bersama KTM Ajo.
Baca Juga: Valentino Rossi Pilih Fokus Hal Ini Ketimbang Pikirkan Sponsor VR46 yang Masih Amburadul
Saat ini, Pedro Acosta telah mengantongi lima gelar juara dan satu podium runner-up.
Bahkan tiga gelar diantaranya sukses ia raih dalam tiga seri balapan beruntun.
Tak ayal Acosta kini menjadi pemuncak klasemen Moto3 2021 hingga dijagokan jadi juara dunia musim ini di kelasnya.
Keahlian Pedro Acosta dalam menaklukkan berbagai sirkuit dengan motor Moto3 di usianya yang baru 17 tahun sangat apik.
Ayah Marco Simoncelli, Paolo Simoncelli pun tak lput mengaguminya.
Paolo Simoncelli juga merupakan pemilik tim balap SIC58 Aquadra Corse di Moto3.
Tidak heran jika Paolo Simoncelli mengikuti perkembangan Pedro Acosta.
Baca Juga: Aleix Espargaro Tercepat, Aprilia Gerilya Rahasikan Sejumlah Inovasi di Tes Misano
Menurut Paolo Simoncelli, satu hal mendasar yang membuat Pedro Acosta sangat berbeda dengan anak-anak lain di Moto3 ialah sifatnya yang terus lapar juara.
Dan hal itu tidak lepas dari latar belakangnya.
"Tatsuki Suzuki (pembalap SIC58, red) membalap lebih baik daripada Acosta, tetapi Acosta lapar (gelar)," kata Paolo Simoncelli, dikutip Sportfeat dari Motosan.es.
"Ayahnya adalah seorang nelayan. Perbedaannya ada di sana. Itu menjelaskan semuanya. Itu adalah sesuatu yang dia junjung," kata Paolo lagi.
Baca Juga: Fabio Quartararo Santai, Tak Ngotot Lagi Kejar Posisi Nomor Satu
Menurut Paolo Simoncelli latar belakang Pedro Acosta membuat si bocah ajaib itu terus belajar dan bekerja keras demi membayar semua upaya sang ayah yang telah membuatnya menjadi seorang pembalap hebat.
Sebagai informasi, Acosta awalnya sama sekali tidak bermimpi menjadi seorang pembalap.
Pasalnya, pekerjaan sang ayah sebagai nelayan ia rasa tidak cukup untuk membiayainya ke sekolah balap atau mendaftar ke barbagai kejuaraan balap sebelum akhirnya berhasil dilirik KTM Ajo.
"Saya sebenarnya tidak suka sama sekali dengan motor," ucap Acosta dikutip Sportfeat dari Paddock-GP.
Sejak kecil, Pedro Acosta awalnya tidak suka balapan. Ayahnya-lah, yang berprofesi sebagai nelayan, yang sangat tergila-gila pada dunia balap dan mengangumi legenda MotoGP Kevin Schwantz.
Acosta pernah mengenyam pendidikan akademi balap milik teman ayahnya. Namun saat hari pertama latihan, ia menjadi pembalap paling lelet alias sangat lambat yang membuat dia sering menangis.
Namun siapa sangka, perlahan Acosta mulai bersinar.
Menjajaki ajang CEV hingga Rookies Cup berkat uluran tangan KTM, ia kini bisa benar-benar debut di ajang MotoGP di kelas Moto3 hingga muncul julukan si Bocah Ajaib.
"Waktu itu saya yang paling terakhir. Saya sering menangis tetapi kemunduran itu yang membuat saya ingin balas dendam dan ingin berubah menjadi yang tercepat," ungkap Pedro Acosta dikutip Sportfeat dari Moto.it.
"Saya cukup beruntung tidak perlu mengeluarkan biaya (ikut CEV dan Rookies Cup). Karena jika mengandalkan penghasilan ayah saya sebagai nelayan, kami tidak akan mampu sampai sejauh ini," kenang rider asal Spanyol itu.
Source | : | Paddock-GP.com,Moto.it,Motosan.es |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |