SportFEAT.com – Pemain ganda putra Inggris, Chris Langridge menganggap Asosiasi Bulu Tangkis Inggris diskriminatif usai dia diusir dari skuad Olimpiade Tokyo 2020.
Ganda putra Inggris, Chris Langridge memberikan curhatan panjang usai terusir dari skuad Olimpiade Tokyo 2020.
Asosiasi Bulu Tangkis Inggris (Badminton England) memberi pengumuman kontroversial tentang pemilihan pemain yang tampil di Olimpiade Tokyo 2020.
Inggris mengirim tujuh wakil ke Negeri Sakura, tetapi nama Chris Langridge dan pasangannya yakni Marcus Ellis tak masuk dalam daftar.
Padahal, Ellis/Langridge merupakan satu-satunya ganda putra yang lolos secara resmi berdasarkan peringkat Race to Tokyo, mewakili Inggris dalam turnamen empat tahunan itu.
Ganda putra terbaik Inggris itu lolos setelah menempati peringkat ke-13 Race to Tokyo.
Namun, Ellis/Langridge harus mengubur mimpinya tampil di Olimpiade Tokyo 2020 setelah Asosiasi Bulu Tangkis Inggris justru mengirim pasangan muda Ben Lane/Sean Vendy yang berada di peringkat 18.
Kesempatan ganda putra ranking 11 dunia itu untuk meraih medali Olimpiade lagi pun gagal, setelah dalam edisi terakhir mereka hanya meraih medali perunggu Olimpiade Rio 2016.
Chris Langridge yang amat kecewa dengan keputusan ini pun menuangkan isi hatinya dalam tulisan di Facebook pribadinya.
Baca Juga: Cuma Modal Bola Mata, Begini Cara Komunikasi Tak Biasa Ganda Putri Terbaik Korea Selatan
“Pada 7 Juni 2021 adalah hari di mana saya mengetahui saya tidak terpilih untuk Olimpiade,” tulis Langridge dalam Facebook pribadinya dilansir SportFEAT.com dari Badminton Planet.
“Saya menggunakan kata ‘tidak terpilih’ karena saya dan Marcus Ellis merupakan satu-satunya pasangan (ganda putra) dari tim Inggris yang terkualifikasi ke Olimpiade.”
“Ketika saya menerima email yang membatalkan pemilihan kami dari Olimpiade, Seketika saya merasa jantung saya berhenti,” sambung pemain 36 tahun itu.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - Ambisi Besar Ratu Bulu Tangkis Jepang setelah Sempat Terpuruk 5 Tahun Silam
Terlanjur kecewa, Langridge pun membeberkan borok Asosiasi Bulu Tangkis Inggris.
Induk bulu tangkis Inggris itu ternyata memperlakukan pria 36 tahun itu secara diskriminatif.
“Memenangkan perunggu di Olimpiade Rio adalah puncak karier saya dengan status sebagai atlet yang tidak didanai penuh (oleh pelatnas) adalah pencapaian besar,” ungkap Langridge.
“Namun kini saya diberitahu pada saat itu bahwa saya terlalu tua untuk menjadi atlet yang didanai penuh,” lanjutnya.
“Saya juga merasa sedih dan gagal oleh organisasi ini,” ucap Chris Langridge.
“Sering kali di pelatnas saya tidak dilatih, karena saya tidak dianggap sebagai pemain top, bahkan setelah beberapa hasil yang saya capai,” lanjutnya.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - BWF Sebut Jonatan Christie Bisa Jadi Penjegal Persaingan Papan Atas
Di sisi lain, Langridge tak menyimpan dendam dengan juniornya yakni Ben Lane/Sean Vendy yang tampil di Olimpiade Tokyo 2020.
Ia hanya ingin menyuarakan ketidakadilan yang ia alami selama ini.
“Sebelum saya melanjutkan, saya ingin menyampaikan bahwa saya tidak memiliki dendam terhadap pasangan yang dipilih untuk menghadiri Olimpiade,” jelas Langridge.
“Saya menyuarakan pemikiran saya tentang masalah kepercayaan, kontrol, dan kurangnya rasa hormat yang saya dan orang lain terima dari orang-orang yang memegang kendali dan berkuasa di National Badminton Centre,” tukasnya.